Pondok Pesantren Salman Al-Farisi kedatangan tamu mulia dari negeri Syam, Syaikh Naim Abdallah. Hadirnya Syaikh Naim Abdallah adalah sebuah kehormatan, mengingat beliau adalah seorang ulama ahli qiraah kelahiran Palestina, yang memiliki sanad qiraah ‘asyrah dan sehari-hari merupakan dosen pengajar Al-Qur’an.
Syaikh Naim Abdallah didaulat menjadi imam shalat tarawih berjamaah di Masjid Darul Anshar, Komplek Ponpes Salman Al-Farisi, Karangpandan, Karanganyar, pada Selasa (28/3/2023)
Usai melaksanakan tarawih, Syaikh Naim menyampaikan daurah tentang Palestina dan Masjidil Aqsha. Dalam pengantar taushiyah, Syaikh Naim mengingatkan kaum muslimin untuk memaksimalkan ibadah di bulan Ramadhan. Aktivitas membaca Al-Qur’an, qiyamullail tarawih, berdoa hingga beri’tikaf hendaknya jangan ditinggalkan. Apalagi di bulan suci Ramadhan ada malam lailatul qadar, sehingga seorang muslim berkesempatan memiliki amal yang berlipat ganda.
Selanjutnya, menurut Syaikh Naim bila kita melihat keutamaan Masjidil Aqsha, maka perhatikan apa yang tertulis di dalam Al-Qur’an dan Hadits. Allah Ta’ala telah menyebutnya pada ayat pertama dalam surat Al-Isra.
سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Isra: 1)
Adapun di dalam hadits amat banyak sekali, salah satunya sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam,
لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلاَّ إِلَى ثَلاَثَةِ مَسَاجِدَ مَسْجِدِى هَذَا وَمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِ الأَقْصَى
“Janganlah engkau bersengaja melakukan perjalanan dengan sengaja (dalam rangka ibadah) kecuali ke tiga masjid: masjidku ini (masjid Nabawi), Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Masjidil Aqsha menurut Syaikh Naim erat hubungannya dengan kaum muslimin dari sisi sejarah dan aqidah. Masjidil Aqsha adalah masjid tertua kedua yang dibangun di muka bumi setelah Masjidil Haram, berjarak 40 tahun. Masjidil Aqsha juga pernah menjadi kiblat pertama bagi kaum muslimin dalam melaksanakan shalat.
Oleh sebab itu Masjidil Aqsha adalah milik umat Islam, di manapun mereka berada. Sebagai pemilik, tentu umat Islam memiliki kewajiban terhadapnya.
“Kewajiban kita ketika kita memahami bahwa itu adalah milik kita maka berarti kita harus membelanya, harus menjaganya, harus merawatnya dan harus mempertahankannya. Sebagaimana kita membela Masjidil Haram begitu pula Masjidil Aqsha perlu kita bela, perlu kita jaga, perlu kita urus,” kata Syaikh Naim Abdallah, sebagaimana diterjemahkan oleh Ustadz Salman Al-Farisi yang mendampingi beliau dalam acara daurah.
Dalam catatan sejarah, Masjidil Aqsha silih berganti dikuasai baik oleh kaum muslimin maupun orang-orang kafir. Di masa kini, ketika negeri Palestina dan Masjidil Aqsha jatuh ke tangan Zionis Yahudi, maka kaum muslimin di sana mendapatkan penindasan luar biasa. Dari mulai penjajahan, pembunuhan, pengusiran, pencaplokan, blokade, rumah-rumah dihancurkan dan hampir setiap hari terjadi pembunuhan.
Namun demikian, kaum muslimin di Palestina tetap teguh untuk mempertahankan Al-Aqsha. Mereka meyakini Masjidil Aqsha bagian dari aqidah yang wajib dibela sampai kapan pun. Hingga kelak Allah memberikan pertolongan dan memenangkan kaum muslimin sebelum datangnya kiamat.
Kemudian, dukungan umat Islam dari berbagai belahan dunia, khususnya dari Indonesia juga semakin menguatkan tekad muslim Palestina untuk memperjuangkan hak-hak mereka.
Oleh sebab itu, Syaikh Naim Abdallah meyampaikan ucapan terima kasih kepada bangsa Indonesia yang telah memberikan bantuan moral maupun materil hingga saat ini.
“Bangsa Indonesia sangat massif untuk terus memberikan dukungan dan sokongan kepada warga Palestina. Dan yayasan yayasan di negara ini telah bekerjasama dengan yayasan yayasan yang ada di Gaza. Setiap bantuan disalurkan dalam bentuk sosial; makanan, pakaian, kemudian ada juga dalam bentuk pendidikan, santunan untuk anak-anak yatim warga Palestina dan juga dalam bentuk pembangunan rumah sakit,” ungkapnya.
“Dan tentu tidak ada yang bisa kami lakukan selain mengucapkan terima kasih banyak jazaakumullah khairan, semoga Allah membalas kebaikan bangsa Indonesia kepada bangsa Palestina,” imbuhnya.
Usai daurah, para asatidz Ponpes Salman Al-Farisi melakukan ramah tamah sekaligus menyerahkan bantuan untuk kaum muslimin di Palestina sebesar Rp 5.000.000,-. Kegiatan diakhiri dengan doa, Syaikh Naim Abdallah beserta rombongan berpamitan untuk kembali ke kediaman mereka.