Breaking News

Tangis Haru di Lereng Semeru

Erupsi gunung Semeru meninggalkan duka mendalam. Gunung tertinggi di pulau Jawa itu menyemburkan abu vulkanik yang amat dahsyat, pada Sabtu (4/12/2021). Dalam sekejap, lereng Semeru gelap gulita, rumah-rumah penduduk hancur dan terkubur. Lahar dingin menerjang sungai, hingga jembatan yang kokoh pun runtuh.

Akibat guguran awan panas Semeru, puluhan korban jiwa pun berjatuhan. Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang dirilis pada Selasa (21/12/2021) jumlah korban meninggal dunia menjadi 51 jiwa. Selain itu ribuan orang pun mengungsi akibat erupsi Semeru.

Menyikapi bencana erupsi Semeru, Ponpes Salman Peduli (Pos Peduli) merespon dengan memberikan bantuan tunai sebesar Rp10 juta serta logistik berupa Sembako.

Tak berhenti sampai di situ,  Pos Peduli melakukan tindak lanjut dengan mengirimkan santri Ponpes Salman Al-Farisi dalam program kafilah dakwah di lokasi terdampak musibah. Sebanyak 15 orang dai diterjunkan sejak 15 Januari 2022 untuk berdakwah di tiga tempat, yakni lokasi terisolir akibat jembatan putus di Dusun Sumberlangsep, Desa Jugosari.  Lalu lokasi parah terdampak erupsi Semeru di Desa Kamarkajang. Terakhir di sekitar lokasi relokasi korban Semeru di Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Lumajang, Jawa Timur.

Ustadz Syamil, mewakili para dai Pos Peduli menyampaikan bahwa mereka meminta doa dari semua pihak, agar dakwah di lokasi terisolir ini berjalan dengan baik.

“Untuk kelancaran dakwah kita, kami mohon doanya dari orang tua kami, para asatidzah tercinta, begitu juga para teman kami di pesantren dan seluruh kaum Muslimin di Indonesia,” kata Syamil, saat perjalanan menyeberangi sungai menuju Dusun Sumberlangsep, Ahad (2/1/2022).

Pengiriman kafilah dakwah berlangsung dua kali. Para dai ditugaskan masing-masing selama satu bulan. Misi utama mereka adalah membina masyarakat. Aktivitas mereka dari mulai mengajar anak-anak TPA, trauma healing, kajian bagi orang dewasa, menyemarakkan Al-Qur’an dengan khataman keliling dan merekatkan ukhuwah.

“Setiap hari mereka bareng terus tinggal bersama saya. Mereka dekat sekali dengan anak-anak santri TPA. Kebaikan mereka di tengah masyarakat juga luar biasa. Setiap hari mereka beranjangsana dan khatmil qur’an keliling ke rumah-rumah warga,” ungkap Herman selaku tokoh masyarakat dan kepala lingkungan Dusun Sumberlangsep, pada Senin (14/2/2022).

Dalam waktu singkat, hasil amaliyah dakwah pun mulai terlihat. Para dai senang membantu warga dan membaur bersama mereka. Masyarakat setempat bahkan telah menganggap para dai seperti anak-anak mereka sendiri.

“Sangat membantu anak-anak di sini, mereka pun semakin giat belajarnya, tambah ilmu dan pintar ngajinya,” tutur Ustadzah Poniti di kesempatan yang sama.

Hal senada juga disampaikan Ustadzah Fitri, selaku pengajar TPA dan tokoh muslimah setempat.

“Para dai sudah membaur dan menyatu bersama masyarakat. Warga di sini sudah menganggap mereka seperti anak-anak sendiri,” imbuh Ustadzah Fitri.

Namun tiba saatnya berakhir masa tugas, para dai yang bertugas harus kembali ke pesantren. Sebagai santri, mereka masih memiliki kewajiban menuntaskan menuntut ilmu. Pada kesempatan itulah, tangis haru menyelimuti warga yang mengantarkan para dai kembali pulang.

“Kamu ini kan di sini sudah lama, seperti sudah menyatu. Kalau yang lain cuma satu minggu atau dua pekan. Koyo abot, berat kalian mau pulang ,” ucap Ibu Hj. Alwi, tokoh masyarakat Desa Sumbermujur dengan suara parau sambil menyeka air mata.

Dari lereng Semeru, Ibu Hj. Alwi pun menyampaikan nasihat terakhir kalinya saat para dai berpamitan.

“Jadilah anak yang shalih, yang bermanfaat bagi orang lain,” tutupnya.

Tak lupa, para santri TPA yang selama ini dibina, ikut melepas kepulangan para dai. Mereka pun menitikkan air mata, bahkan tak sedikit yang histeris, seolah tak rela ditinggal para dai yang menemani hari-hari mereka belajar mengaji.

Demikianlah  kehidupan, ada pertemuan ada perpisahan. Semoga dakwah para santri Ponpes Salman Al-Farisi di lereng Semeru menjadi jejak kebaikan yang mencerahkan masyarakat sekitar, serta menjadi bekal amal shalih mereka di akhirat kelak.

Check Also

Sesilina Dhiya, Santriwati pertama Hafal Qur’an di desa Harjosari.

Karangpandan, 29 Agustus 2024 – Sesillina Dhiya Ariyanto, santriwati tahun ke-6 dari Pondok Pesantren Salman …