سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ ۗ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri. Sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Quran itu adalah benar. Tidak cukupkah bagi kamu bahwa Rabbmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (Fushilat: 53)
Pada hakikatnya Al-Quran dan ilmu pengetahuan memiliki kaitan yang sangat erat, tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Hal ini terbukti dengan banyaknya ayat-ayat yang menyebutkan hal tersebut. Al-Quran memiliki lebih dari 6000 ayat didalamnya, 1000 diantaranya berkaitan dengan ilmu pengetahuan, demikian penuturan Dr. Zakir Naik.
Hal yang menarik, mencari ilmu pengetahuan dalam hal Islam bukanlah hal baru, namun sudah dilakukan para ulama terdahulu. Hal itu dikarenakan perpekstif yang mereka miliki bahwasanya Al-Quran bukan hanya sumber agama saja namun juga sumber ilmu pengetahuan. Maka tidak heran kita temui pada masa kejayaan Islam banyak bermunculan tokoh-tokoh ilmuwan.
Diantara ilmuwaan muslim yang masyhur dizamannya, hingga hari ini mereka masih dikenang dan dijadikan pedoman dalam berbagai disiplin imu, berbagai karyanya bermnfaat dan ditulis denga tinta emas:
- Ya’qub Al-Kindi dan Abu Bakar Ar-Razi adalah dokter yang terkenal sekaligus memiliki pengetahuan dalam bidang filsafat, astronomi, dan musikologi.
- Ibnu Sina adalah seorang dokter, filusuf, ahli hukum dan penyair.
- Al-Farabi seorang filusuf dan ahli musik dan ahli obat-obatan.
- Al-Biruni dan Abu Hanifah Ad-Dainuri ahli astronomi dan matematika.
- Ibnu An-Nafis (wafat tahun 687 H) ahli kedokteran.
- Al-Zamakhsary (wafat tahun 538 H) seorang ulama tafsir yang masyhur dan juga memiliki pengetahuan geografi, lingulistik, dan sastra.
- Abu As-Salt Al-Andalusi, Ibnu Bajah, Ibnu Mada Al-Qurtubi, Ibnu Layyun At-Tujibi dan Ibnu Zahr Al-Hafidh adalah sebagai ahli kedokteran.
- Ibnu Ar-Rumiyah ahli botani .
- Ibnu Rusyd Al-Hafidh ia terkenal karena karya ilmiahya dibidang fikih, hukum, kedokteran dan ilmu filsafat.
- Abbas bin Firnas peletak dasar ilmu aeronautika ( ilmu pembuatan pesawat dan penerbangan ) dan penerbang pertama dalam sejarah manusia.
Sebagai seorang ulama muslim dan ahli dalam berbagai disiplin ilmu hingga menjadi rujukan hingga saat ini, pantas kiranya bagi kita untuk mengetahui bagaimana pendidikan yang mereka lalui, terkhusus sewaktu anak-anak.
Adalah Ibnu Sina yang lahir pada tahun 980 M. Dikenal dibarat dengan nama Avicenna, sebagai ahli filsafat, ilmuwan dan juga dokter. Terkenal dengan “bapak pengobatan modern”, karyanya yang terkenal adalah Qonun fi Thib yang merupakan rujukan dalam bidang kedokteran hingga kini. Ternyata telah menyelesaikan hafalan Al-Quran pada usia 5 tahun.
Begitu juga dengan Ibnu Rusyd yang lahir pada tahun 1126 M di Cordova (Spanyol). Seorang ilmuwan sains dan kedokteran di yang terkenal di zaman Spanyol dikuasai Islam. Ternyata waktu kecilnya dihabiskan untuk belajar berbagai disiplin ilmu: Al-Quran, tafsir, hadits dan fikih.
Di zaman modern ilmu pengetahuan dan teknologi didominasi oleh ilmuan dari Barat atau mereka yang notabenenya adalah orang kafir. Maka sudah menjadi kewajiban bagi kaum muslimin untuk melahirkan kembali generasi penerus dari para ilmuwan diatas.
Ketika pendidikan berbasis adab dan Al-Quran yang dipraktekkan generasi salaf telah berhasil memberikan sumbangsih besar dalam ilmu pengetahuan dan juga memunculkan para ilmuwan yang handal, maka bukan hal yang mustahil bagi generasi modern untuk mewujudkan hasil yang serupa dengan syarat kembali kepada konsep pendidikan yang dipraktekkan oleh generasi terdahulu.
Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah dalam kitabnya Tuhfatul Maudud Biahkamil Maulud menjelaskan konsep pendidikan terbaik bagi seorang anak. Beliau menjelaskan bahwa setiap anak memiliki bakat dan potensi masing-masing sesuai dengan hikmah yang Allah ta’ala tetapkan bagi mereka.
Maka ada anak yang bakat dan potensinya menjadi seorang ulama, terlihat dari kecerdasannya, kecepatan menghafal, mudah faham, dan perhatian terhadap pelajaran. Ada juga anak yang bakatnya pada aktivitas fisik maka ia berpotensi untuk menguasai ilmu furusiyah (ilmu ketangkasan fisik seperti berkuda, memanah, berenang dll).
Sebagaimana ada anak yang bakatnya pada ketrampilan seperti pertanian, peternakan, berdagang, ilmu teknologi, atau temuan yang bermanfaat bagi hajat hidup orang banyak. Anak yang berbakat demikan hendaknya juga dididik untuk melejitkan potensi bakatnya agar tidak hilang sia-sia. Bahkan Ibnul Qoyyim menegaskan apabila dipaksakan dengan kurikulum yang tidak sesuai dengan bakat mereka akan mengakibatkan kegagalan.
Bisa jadi konsep inilah yang menjadi kunci kesuksesan pendidikan generasi salaf. Dan kejayaan itu tidak akan kembali kepada umat ini melainkan dengan mengikuti petunjuk pendahulunya. Wallahu ta’ala alam.
Oleh Ust. Heru Kuncoro, Lc. Kepala Bagian Pengembangan Bahasa Ponpes Islam Salman AL-Farisi