Forum Ummahat Salman Al-Farisi (Rumasa) menggelar kajian umum perdana, dengan tema “Halal and Thayyib Lifestyle” pada Sabtu (18/12/2021).
Pada kajian tersebut, Ustadzah Vitri Sundari didaulat menjadi pembicara. Beliau merupakan pegiat halal food, sekaligus founder Tsabita Halal Boga, Syaaheda Rempah Skincare dan Resto Rumah Makan Asap.
Menurut Ustadzah Vitri, pentingnya mengonsumsi makanan halal, bukan sekedar tuntutan syariat Islam, tetapi juga spiritual. Pasalnya, orang yang memakan makanan haram bukan hanya berdosa, tetapi juga tak dikabulkan doanya. Hal itu sebagaiman hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّباً، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ المُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ المُرْسَلِيْنَ فَقَالَ {يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا} وَقَالَ تَعَالَى {يَا أَيُّهَا الذِّيْنَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ} ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ: يَا رَبِّ يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ ومشربه حرام وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لَهُ.رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya Allah Ta’ala itu baik (thayyib), tidak menerima kecuali yang baik (thayyib). Dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kaum mukminin seperti apa yang diperintahkan kepada para Rasul. Allah Ta’ala berfirman, ‘Wahai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal shalih.’ (QS. Al-Mu’minun: 51). Dan Allah Ta’ala berfirman, ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepadamu.’ (QS. Al-Baqarah: 172). Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan seseorang yang lama bepergian; rambutnya kusut, berdebu, dan menengadahkan kedua tangannya ke langit, lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, wahai Rabbku.’ Padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan ia dikenyangkan dari yang haram, bagaimana mungkin doanya bisa terkabul.” (HR. Muslim).
Indonesia yang terdiri dari mayoritas masyarakat muslim, seharusnya memiliki perhatian lebih terhadap jaminan produk halal. Sebab, tidak sedikit berbagai produk yang beredar justru sudah menyentuh pada titik kritis halal.
“Di era kekinian, kita sebagai seorang muslim harus sangat aware (peduli) atas apa saja yang ada di sekitar kita. Harus kita seleksi dalam rangka kepastian mendapatkan produk, hal-hal yang berkaitan dengan sarana ibadah kita itu jaminannya halal. Bukan hanya makanan, ada kosmetik, obat-obatan, ada juga berbagai fasilitas di sekitar kita, kita pakai, kita gunakan, ternyata ada di titik kritis halal,” ujarnya.
Ustadzah Vitri menekankan, bahwa ummahat memiliki peran penting dalam mengonsumsi produk halal kepada anggota keluarga di rumah. Karena berbagai kegiatan dapur dilakukan oleh ummahat, untuk disuguhkan kepada suami dan anak-anak.
“Ummahat di rumah menjadi pintu awal, pengambil keputusan ketika kita akan menentukan; ‘ini boleh masuk nggak ke rumah, ini boleh kita berikan ke anak-anak, ke suami nggak?’ maka bunda, para akhwat semuanya menjadi penentu pertama kali produk ini boleh tidak, ada di rumah kita,” jelasnya.
Selain itu, perlu adanya kesadaran agar memilih produk halal, karena majunya teknologi menjadikan potensi untuk rekayasa pangan yang menyetuh titik kritis halal, makin mengkhawatirkan.
“Semakin pintarnya manusia, semakin memahami konsep teknologi pangan justru semakin banyak peluang untuk tidak halal,” tegasnya.
Maka berhati-hati dan mengilmui tentang produk halal, akan membantu memudahkan menyeleksi apa yang layak dikonsumsi dan digunakan berdasarkan panduan syariah.