Dalam perspektif sains, alam semesta adalah kosmos, yakni ruang angkasa serta semua benda langit termasuk bumi di dalamnya.
Al-Qur’an mengisyaratkan asal muasal kehidupan berawal dengan penciptaan alam semesta. Allah Ta’ala berfirman,
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulunya menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air. Maka mengapa mereka tidak beriman? (al-Anbiyā’/21: 30).
Dari ayat di atas, manusia diperintahkan agar mengambil pelajaran dari penciptaan langit dan bumi yang merupakan ayat kauniyah. Sebagaimana dijelaskan di dalam tafsir,
يوبخ الله تعالى الكفار الذين لم ينتفعوا بالايات الكونية: أولم يعلموا أن السموات والأرض كانتا شيئا واحدا ملتصقتين, ففصلنا بينهما. وجعلنا الماء أصل كل الأحياء وسببا للحياة, أفلا يصدقون بهذه الأيات المشاهدة التي تدل على وحدانية الله؟
Allah menegur orang-orang kafir yang tidak mengambil manfaat dari ayat-ayat kauniyah: Tidakkah mereka mengetahui langit dan bumi dahulu adalah sesuatu yang menyatu, kemudian Kami memisahkan keduanya. Dan Kami jadikan air sebagai asal seluruh makhluk hidup dan sebab dari kehidupan; apakah mereka tidak beriman kepada ayat-ayat kauniyah ini yang menjadi petunjuk atas keesaan Allah? (Tafsir Al-Madinah Al-Manawwarah, 75/2).
Ayat Al-Qur’an ini sangat sesuai dengan bukti-bukti saintifik yang menyatakan bahwa alam semesta ini dahulu berasal dari sesuatu yang satu, yang dikenal dengan superstring (singularity). Kemudian terjadi dentuman besar diperkirakan sekitar 13,7 miliar tahun yang lalu, yang disebut dengan teori Big Bang. Sehingga memisahkan antara materi dan energi, serta ruang dan waktu.
Bagaimana dengan ayat lain yang menyebutkan bahwa alam semesta awal mulanya berupa asap? Allah Ta’ala berfirman,
ثُمَّ ٱسْتَوَىٰٓ إِلَى ٱلسَّمَآءِ وَهِىَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ ٱئْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَآ أَتَيْنَا طَآئِعِينَ
Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”. (QS. Fushilat: 11).
Para ilmuwan menjelaskan bahwa setelah ledakan besar maka berubahlah menjadi gumpalan asap (dukhan). Dari gumpalan asap inilah Allah menciptakan bumi dan benda-benda angkasa yang lain.
“Dukhān” dalam astronomi di kenal sebagai nebula atau awan molekul raksasa, tempat pembentukan bintang-bintang. Komposisi terbesar dari materi yang merupakan bahan utamanya adalah hidrogen. Kita bisa saksikan temuan terbentuknya bintang yang diabadikan lewat foto-foto.
Setelah tercipta, para peneliti mengungkapkan bahwa alam semesta terus mengembang. Galaksi-galaksi bergerak menjauh, disebabkan karena ruang alam semesta mengembang. Uniknya, isyarat mengembangnya alam semesta ini juga sudah termaktub di dalam Al-Qur’an.
وَٱلسَّمَآءَ بَنَيْنَٰهَا بِأَيْي۟دٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ
Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya. (QS. Az-Zariyat: 47).
Lantas, apakah alam semesta ini akan melambat hingga berhenti berkembang? Para ilmuwan menyatakan bahwa proses pengembangan alam semesta pada suatu titik akan berhenti.
Big Bang dan inflasi (pengembangan yang amat cepat) itu akan terjadi sampai Alam semesta mengembang hingga titik tertentu dan inflasi berhenti. Inflasi ini akan berhenti karena energi gelap yang mempercepat inflasi akan dikalahkan oleh gaya gravitasi. Saat hal itu terjadi, maka benda-benda angkasa akan runtuh dan kembali ke titik balik di mana singularitas berada sebelum terjadinya Big Bang. Teori ini disebut oleh para ilmuwan kontemporer dinamakan Teori Runtuhan Besar atau The Big Crunch Theory.
Apa yang menjadi prediksi para ilmuwan tentang Big Crunch Theory, ternyata Al-Quran telah mendahuluinya. Allah Ta’ala berfirman,
يَوْمَ نَطْوِى ٱلسَّمَآءَ كَطَىِّ ٱلسِّجِلِّ لِلْكُتُبِ ۚ كَمَا بَدَأْنَآ أَوَّلَ خَلْقٍ نُّعِيدُهُۥ ۚ وَعْدًا عَلَيْنَآ ۚ إِنَّا كُنَّا فَٰعِلِينَ
(Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya. (QS. Al-Anbiya: 104).
Syaikh Nashir As-Sa’di menjelaskan ayat di atas,
يخبر تعالى أنه يوم القيامة يطوي السماوات – على عظمها واتساعها – كما يطوي الكاتب للسجل أي: الورقة المكتوب فيها، فتنثر نجومها، ويكور شمسها وقمرها، وتزول عن أماكنها { كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ } أي: إعادتنا للخلق، مثل ابتدائنا لخلقهم، فكما ابتدأنا خلقهم، ولم يكونوا شيئا، كذلك نعيدهم بعد موتهم
Allah Ta’ala mengabarkan bahwa pada hari kiamat, Dia akan melipat langit-langit kendati pun bentuknya besar dan begitu luas, sebagaimana seorang penulis menutup lembaran-lembaran catatan. Yakni, kertas yang dipakai untuk menulis. Maka, bintang-bintangnya akan jatuh berserakan, matahari dan bulan akan terlipat, tergelincir keluar dari tempat porosnya. “Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya.” Maksudnya, pengembalian Kami dalam mencipta seperti permulaan Kami dalam mencipta mereka. Sebagaimana Kami (mampu) memulai penciptaan mereka yang sebelumnya mereka belum menjadi apapun, demikian pula Kami (mampu) mengembalikan mereka (hidup) setelah mati. (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 531).
Subhanallah, sejak 1400 tahun lalu Al-Qur’an sudah berbicara tentang alam semesta, ketika belum ditemukan teleskop, tak ada astronot pergi luar angkasa, belum ada penelitian antariksa dan ilmu pengetahuan yang maju seperti sekarang.
Seolah lahirnya berbagai penemuan dalam dunia sains mengonfirmasi apa yang disampaikan Al-Qur’an 14 abad silam. Jika dalam mengungkap tentang penciptaan alam semesta, akhirnya menjadi bukti kebenaran Al-Qur’an secara ilmiah, maka apakah manusia masih ragu kebenaran Al-Qur’an saat membahas dahsyatnya hari kiamat, pedihnya siksa neraka dan nikmatnya surga.
Mari terus mentadabburi Al-Qur’an, sehingga memotivasi memperbanyak amal shalih, sebagai bekal di akhirat yang kekal abadi.
Maha benar Allah dengan segala firmanNya. Wallahu a’lam.