Nabi Isa ‘Alaihissalam, termasuk salah satu nabi dan rasul ulul ‘azmi. Yakni, nabi yang memiliki keteguhan hati, kelapangan dada dan kesabaran luar biasa dalam menghadapi kaum yang menentangnya.
Di antara ujian berat Nabi Isa harus dihadapinya saat baru saja lahir ke dunia. Namun demikian, Allah Ta’ala tak menelantarkan hambaNya yang mulia.
Ibunda Nabi Isa, Maryam, diberikan anugerah oleh Allah Ta’ala mengandung putra tercintanya tanpa hadirnya seorang suami. Kisah tersebut, secara global disepakati pula ahli kitab (kaum Nasrani), bahwa Isa yang dalam keyakinan ahli kitab dengan sebutan Yasu’a/Yesus lahir tanpa hubungan biologis lawan jenis.
Namun, Maryam yang selama hidupnya dikenal sebagai wanita shalihah nan ahli ibadah itu, mendapatkan ujian berat dengan tuduhan buruk telah berzina. Akibatnya, Nabi Isa terimbas fitnah sebagai anak haram. Di sinilah Allah membuktikan kekuasaanNya. Al-Qur’an mengabadikan kisah penting Nabi Isa ‘Alaihissalam di awal kelahirannya.
فَأَتَتْ بِهِ قَوْمَهَا تَحْمِلُهُ قَالُوا يَا مَرْيَمُ لَقَدْ جِئْتِ شَيْئًا فَرِيًّا (27) يَا أُخْتَ هَارُونَ مَا كَانَ أَبُوكِ امْرَأَ سَوْءٍ وَمَا كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّا (28) فَأَشَارَتْ إِلَيْهِ قَالُوا كَيْفَ نُكَلِّمُ مَنْ كَانَ فِي الْمَهْدِ صَبِيًّا (29) قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا (30) وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا (31) وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا (32) وَالسَّلامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا (33)
Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata, “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina, “maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata, “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?” Berkata Isa, “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” (QS. Maryam: 27-33).
Dari kisah di atas, umat Islam mengimani bahwa mukjizat pertama Nabi Isa ‘alaihissalam yaitu Allah memberinya kemampuan berbicara saat masih bayi. Tujuh kalimat yang disampaikan Nabi Isa saat bayi inilah hal penting yang perlu dijabarkan.
Pertama, kesaksian bahwa Nabi Isa adalah hamba Allah.
قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ
Berkata Isa, “Sesungguhnya aku ini hamba Allah… (QS. Maryam: 30).
Kalimat pertama yang diucapkan Nabi Isa saat bayi adalah mengikrarkan dirinya sebagai hamba Allah, ia bukan Tuhan atau anak Tuhan. Di sini Allah yang Maha Mengetahui, telah memberikan pagar yang amat kokoh, ketika di masa mendatang adanya penyimpangan kaum Nasrani yang menuhankan Nabi Isa, maka penyimpangan itu sudah dibantah telak, bahkan sejak Nabi Isa masih buaian.
أول شيء تكلم به أن نزه جناب ربه تعالى وبرأه عن الولد ، وأثبت لنفسه العبودية لربه
Mula-mula kalimat yang diucapkan Isa ialah menyucikan Zat Tuhannya dan membersihkan-Nya dari sifat beranak, kemudian mengukuhkan eksistensi dirinya sebagai hamba Allah. (Tafsir Ibnu Katsir, V/228).
Kedua, Isa menegaskan kembali bahwa kelak ia akan menjadi seorang nabi yang diberikan wahyu (Injil).
آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا
Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. (QS. Maryam: 30).
Ini merupakan bantahan terhadap orang-orang Yahudi yang tak mengakui Nabi Isa sebagai nabi. Sekaligus juga bantahan terhadap orang Nasrani, bahwa Isa hanya salah seorang nabi. Sebagaimana para nabi sebelumnya yang mengajarkan manusia untuk menyembah Allah yang Maha Esa (bertauhid), bukan menyembah dirinya.
Di sisi lain, kalimat tersebut secara tidak langsung adalah pembelaan Nabi Isa kepada ibundanya, bahkan leluhurnya atas segala tuduhan keji. Islam mengajarkan bahwa seluruh para nabi adalah orang yang suci dari dosa. Dalam Islam, nasab Isa disandarkan sebagai putra Maryam, seorang wanita shalihah ahli ibadah. Maryam adalah putri dari Imran yang juga orang shalih di masanya.
Syaikh Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan dalam tafsirnya,
آتاني الكتاب، أي أعطاني التوراة أو التوراة والإنجيل، وقدّر لي في الأزل أن أكون ذا كتاب.
وقدّر لي أن أكون نبيا، وفي هذا تبرئة لأمه مما نسبت إليه من الفاحشة، لأن الأنبياء عادة أطهار، ليسوا أولاد زنا
Allah memberiku Al-Kitab, yaitu memberiku wahyu Taurat dan Injil, sebagaimana telah ditakdirkan kepadaku sejak zaman azali. Dan Allah menakdirkanku menjadi seorang nabi. Di sini merupakan pembelaan terhadap ibundanya (Maryam), yang dinisbatkan tuduhan melakukan perbuatan keji. Karena sesungguhnya para nabi adalah orang-orang suci, bukan anak hasil zina. (Tafsir Al-Wasith, II/1475).
Berbeda dengan iman Kristen, di mana Yesus memiliki noda hitam dalam nasabnya, karena terdapat beberapa orang pelaku dosa besar zina. Lihat dalam Matius 1:1-17:
Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham. Abraham memperanakkan Ishak, Ishak memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yehuda dan saudara-saudaranya, Yehuda memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar, Peres memperanakkan Hezron, Hezron memperanakkan Ram, Ram memperanakkan Aminadab, Aminadab memperanakkan Nahason, Nahason memperanakkan Salmon, Salmon memperanakkan Boas dari Rahab, Boas memperanakkan Obed dari Rut, Obed memperanakkan Isai, Isai memperanakkan raja Daud. Daud memperanakkan Salomo dari isteri Uria, Salomo memperanakkan Rehabeam, Rehabeam memperanakkan Abia, Abia memperanakkan Asa, Asa memperanakkan Yosafat, Yosafat memperanakkan Yoram, Yoram memperanakkan Uzia, Uzia memperanakkan Yotam, Yotam memperanakkan Ahas, Ahas memperanakkan Hizkia, Hizkia memperanakkan Manasye, Manasye memperanakkan Amon, Amon memperanakkan Yosia, Yosia memperanakkan Yekhonya dan saudara-saudaranya pada waktu pembuangan ke Babel. Sesudah pembuangan ke Babel, Yekhonya memperanakkan Sealtiel, Sealtiel memperanakkan Zerubabel, Zerubabel memperanakkan Abihud, Abihud memperanakkan Elyakim, Elyakim memperanakkan Azor, Azor memperanakkan Zadok, Zadok memperanakkan Akhim, Akhim memperanakkan Eliud, Eliud memperanakkan Eleazar, Eleazar memperanakkan Matan, Matan memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus.
Dari silsilah Yesus yang tersebut di atas, ada orang – orang yang memiliki riwayat kelam, yaitu: 1). Yahuda, 2). Tamar, 3). Peres, 4). Rahab, 5). Betsyeba Isteri Uria, 6). Daud.
Menurut silsilah di atas Peres disebut anak Yahuda dari Tamar. Dalam Kitab Kejadian 38: 13 – 29, dikisahkan Yahuda berzina dengan Tamar menantunya sendiri. Dari perzinaan itu lahirlah Peres. Peres adalah anak zina, yang merupakan leluhur Yesus.
Kemudian, Rahab adalah seorang perempuan sundal atau pelacur yang tinggal kota Yerikho sebagaimana disebutkan dalam Yosua 2 : 1. Ia kemudian menikah dengan Salmon dan memilikii keturunan bernama Boas seperti disebutkan dalam Matius 1 : 5 di atas.
Adapun istri Uria orang Het bernama Betsyeba binti Eliam. Menurut Bible dalam 2 Samuel 11 dikisahkan, Raja Daud telah berhubungan gelap dengan Batsyeba, ketika perempuan itu masih menjadi istri Uria orang Het, salah seorang tentara Daud. Ketika Batsyeba hamil dari hubungan perselingkuhan itu, maka Daud kemudian memerintahkan agar Uria dikirimkan ke garis paling depan dari peperangan supaya ia mati terbunuh. Setelah Uria mati, dan lewat waktu berkabung, maka Daud memperistrinya dan melahirkan seorang anak laki-laki baginya. Anak tersebut kemudian terkena tulah dan meninggal. Daud kemudian berhubungan lagi dengan Betsyeba hingga melahirkan anak bernama Salomo, yang kelak menjadi raja setelahnya.
Demikianlah leluhur Yesus dalam Bible yang memiliki masa lalu kelam dalam dosa perzinaan.
Namun, perlu diketahui, leluhur Yesus tersebut berasal dari garis Yusuf si tukang kayu, yang dalam iman Kristen ia adalah tunangan yang kemudian menikahi Maria. Meski diakui Yesus bukanlah hasil hubungan biologis dari Yusuf dan Maria, tetapi anehnya nasab Yesus tetap disandarkan kepada Yusuf.
Ketiga, Allah memberikan keberkahan kepada Nabi Isa ‘alaihissalam di mana saja ia berada.
وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ
Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada… (QS. Maryam: 31).
Al-Imam Ibnu Katsir menegaskan bahwa Nabi Isa diberkati di mana saja, karena melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar,
وقد أجمع الفقهاء على قول الله: { وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ } ، وقيل: ما بركته؟ قال: الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر، أينما كان.
Para ahli fiqih telah sepakat (ijma’) atas firman Allah “Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada”. Dikatakan, apakah keberkahannya? Ia berkata; memerintahkan kebaikan dan mencegah kemunkaran di mana saja ia berada. (Tafsir Ibnu Katsir, V/229).
Dari penjelasan di atas, ketika Nabi Isa ‘alaihissalam masih hidup di tengah umatnya, maka mustahil saat itu ia menerima untuk disembah sebagai Tuhan atau anak Tuhan. Karena menyembah selain Allah atau menjadikannya sebagai anak Tuhan adalah kemunkaran yang teramat besar.
Selain itu, ada pula yang menafsirkan bahwa banykanya keberkahan itu karena Nabi Isa mengajarkan kebaikan di tengah umatnya. Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqitiy menjelaskan dalam tafsirnya,
أَيْ : كَثِيرَ الْبَرَكَاتِ ; لِأَنَّهُ يَعْلَمُ الْخَيْرَ وَيَدْعُو إِلَى اللَّهِ ، وَيُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ وَيُحْيِي الْمَوْتَى بِإِذْنِ اللَّهِ ، وَقَالَ الزَّمَخْشَرِيُّ فِي تَفْسِيرِ هَذِهِ الْآيَةِ : مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : نَفَّاعًا حَيْثُ كُنْتُ
Banyaknya keberkahan, karena Nabi Isa mengajarkan kebaikan, menyeru kepada Allah, menyembuhkan orang yang buta, berpenyakit kusta dan menghidupkan orang yang mati dengan izin Allah. Az-Zamakhsyari dalam tafsirnya tentang ayat ini mengatakan: “keberkahan di manapun aku berada” maknanya sebagaimana disampaikan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam: memberi manfaat di manapun aku berada. (Tafsir Adhwaul Bayan, III/416).
Keempat, sebagai seorang hamba dan nabi yang diteladani maka Isa ‘alaihissalam menegakkan perintah Allah untuk beribadah kepadaNya dengan shalat dan menunaikan zakat selama hidupnya.
وَأَوْصَانِي بِالصَّلاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا
dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup (QS. Maryam: 31).
Inilah tugas utama seorang hamba, yakni beribadah kepada Tuhannya. Sebab jika ia adalah Tuhan, maka mustahil ia beribadah menyembah Tuhan. Syaikh Nashir As-Sa’di menjelaskan dalam tafsirnya,
{ وَأَوْصَانِي بِالصَّلاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا } أي: أوصاني بالقيام بحقوقه، التي من أعظمها الصلاة، وحقوق عباده، التي أجلها الزكاة، مدة حياتي، أي: فأنا ممتثل لوصية ربي، عامل عليها، منفذ لها،
“Dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup,” maksudnya aku diperintahkan untuk melaksanakan hak-hak Allah. Di antara hak Allah teragung adalah penegakan shalat. Aku juga diperintahkan (untuk melaksanakan) hak-hak para hamba. Di antara hak terbesar mereka adalah pembayaran zakat, selama hidupku. Maksudnya, aku taat kepada perintah Rabbku, mengamalkannya dan menunaikannya. (Tafsir As-Sa’di: I/492).
Kelima, Nabi Isa telah menyadari ia lahir tanpa ayah, sehingga diperintahkan untuk berbakti kepada ibundanya, Maryam. Dan perkara ini banyak menyimpan hikmah yang perlu diungkap.
وَبَرًّا بِوَالِدَتِي
Dan berbakti kepada ibuku (QS. Maryam: 32).
Mengapa Nabi Isa dengan gamblang menyampaikan penekanan bahwa ia orang berbakti kepada ibunya? Syaikh Asy-Sya’rawi berkata dalam tafsirnya,
لأن البعض قد يظن أن عيسى عليه السلام حينما يكبر ويعرف قصة خَلْقه ، وأن أمه أتَتْ به من غير أب ، ودون أنْ يمسسْها بشر قد تترك هذه المسألة ظلالاً فلي نفسه وتُساوِره الشكوك في أمه ، فأراد أنْ يقطع كل هذه الظنون .
ذلك لأنه هو نفسه الدليل ، وهو نفسه الشاهد على براءة أمه ، والدليل لا يُشكِّك في المدلول ، فكأنه يقول للقوم : إياكم أنْ تظنوا أني سأتجرأ على أمي ، أو يخطر ببالي خاطر سوء نحوها .
Karena sebagian orang mungkin berpikir bahwa ketika Isa ‘alaihissalam tumbuh besar, mengetahui kisah penciptaannya bahwa ibunya melahirkannya tanpa ayah dan tanpa disentuh (hubungan biologis) oleh manusia, masalah ini dapat meninggalkan bayang-bayang di jiwanya dan keraguan tentang ibunya, jadi dia ingin menghilangkan semua prasangka ini.
Hal itu karena ia sendiri merupakan dalil (bukti petunjuk), dia sendiri sebagai saksi atas terlepasnya sang ibu dari semua tuduhan keji. Dan dalil tidak mungkin memberikan keraguan terhadap yang ditunjukinya. Seolah-olah Nabi Isa tengah berkata kepada kaumnya, “Enyahkan oleh kalian prasangka bahwa aku akan bersikap lancang terhadap ibuku atau muncul dalam pikiran kekhawatiran yang buruk semacamnya.” (Tafsir Asy-Sya’rawi, I/5539).
Kemudian, sebagaimana terdapat dalam banyak ayat dalam Al-Qur’an, perintah ‘ubudiyah kepada Allah, seringkali digandengkan dengan perintah berbakti pada orang tua,
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِى إِسْرَاءِيلَ لاَ تَعْبُدُونَ إِلاَّ اللَّهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ
Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): “Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim dan orang miskin… (Al Baqarah/2:83).
Mengapa demikian? Mufassir lain menyebutkan karena di zaman itu, sikap bakti kepada orang tua amat lemah,
وَقَدْ خَصَّهُ اللَّهُ تَعَالَى بِذَلِكَ بَيْنَ قَوْمِهِ، لِأَنَّ بِرَّ الْوَالِدَيْنِ كَانَ ضَعِيفًا فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ يَوْمَئِذٍ، وَبِخَاصَّةٍ الْوَالِدَةُ لِأَنَّهَا تُسْتَضْعَفُ، لِأَنَّ فَرْطَ حَنَانِهَا وَمَشَقَّتِهَا قَدْ يُجَرِّئَانِ الْوَلَدَ عَلَى التَّسَاهُلِ فِي الْبِرِّ بِهَا
Allah mengkhususkan yang demikian itu (perintah berbakti pada orang tua) di antara kaum Nabi Isa (Bani Israel). Karena berbakti pada kedua orang tua menjadi sebuah kelemahan di kalangan Bani Israel kala itu. Khususnya bakti mereka kepada seorang ibu yang lemah. Karena berlebihnya rasa kasih sayang seorang ibu, rasa kesusahan saat mengandung, kadangkala membuat seorang anak meremehkan dalam berbakti kepada ibu. (At-Tahrir wat Tanwir, XVI/98).
Jadi sebagai seorang nabi, Rasulullah Isa tidak mungkin bersikap kasar, lancang apalagi durhaka kepada ibunya. Ia memberi teladan untuk berbakti pada orang tua dengan pembelaannya bahkan saat ia masih dalam buaian.
Namun, dalam Bible ada yang aneh dari sikap Yesus kepada ibunya. Perhatikan, bagaimana Yesus memanggil ibunya dengan kata “hai perempuan” sebagaimana dalam Yohanes 2: 3-4:
And when they wanted wine, the mother of Jesus saith unto him, They have no wine. Jesus saith unto her, Woman, what have I to do with thee? mine hour is not yet come. (King James Version).
Apabila kekurangan air anggur, berkatalah ibu Yesus kepada-Nya, “Mereka itu tiada berair anggur.” Maka kata Yesus kepadanya, “Hai perempuan, apakah yang kena-mengena di antara Aku dengan engkau? Saat-Ku belum sampai.” (Al Kitab terjemahan lama).
Dalam kisah yang lain, Yesus yang saat itu berumur 12 tahun, bersama orang tuanya diajak untuk pergi ke Yerusalem merayakan Paskah.
Ketika perjalanan pulang, ternyata Yesus tidak ikut serta dalam rombongan untuk pulang, tanpa pengetahuan orang tuanya. Orang tua Yesus pun cemas mencarinya. Setelah tiga hari lamanya Yesus pun kemudian ditemukan dalam bait Allah di Yerusalem.
Ketika bertemu orang tuanya, bukan ucapan permintaan maaf lantaran pergi tanpa izin, tetapi malah jawaban ketus yang disampaikan Yesus. Ia bahkan memanggil ibunya dengan sebutan “kamu”.
Dan ketika orang tua-Nya melihat Dia, tercenganglah mereka, lalu kata ibu-Nya kepada-Nya: “Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau.”
Jawab-Nya kepada mereka: “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” (Lukas 2 : 48 – 49).
Tak hanya itu, dalam suatu kesempatan, Yesus pun enggan menemui orang tuanya yang menunggu di luar dan ingin bertemu.
Sedang Yesus lagi bertutur dengan orang banyak itu, kelihatanlah ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya berdiri di luar hendak bertutur dengan Dia. Maka kata seorang kepada-Nya, “Tengoklah, ibu dan saudara Tuan berdiri di luar, hendak bertutur dengan Tuan.” Maka jawab Yesus kepada orang yang berkata demikian itu, “Siapakah ibu-Ku? dan siapakah saudara-saudara-Ku?” Lalu diulurkan-Nya tangan-Nya kepada murid-murid-Nya sambil berkata, “Tengok, inilah ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Karena barangsiapa yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga, ialah saudara-Ku laki-laki, dan saudara-Ku yang perempuan, dan ibu-Ku adanya. (Matius 12 : 46 -50).
Bila demikian akhlak Yesus kepada orang tuanya, lantas bagaimana umatnya meneladaninya?
Keenam, Nabi Isa menegaskan bahwa meskipun ia memiliki berbagai mukjizat, namun Allah menciptakan dirinya bukan sebagai seorang yang sombong, baik kepada orang lain apalagi kepada ibunya.
وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا
Dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. (QS. Maryam : 32).
Akhlak yang buruk, sikap sombong, lancang dan durhaka kepada orang tua itulah penyebab manusia celaka di dunia dan akhirat. Al-Imam Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya:
وقوله: { وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا } أي: ولم يجعلني جبارًا مستكبرًا عن عبادته وطاعته وبر والدتي، فأشقى بذلك.
قال سفيان الثوري: الجبار الشقي: الذي يقبل على الغضب
وقال بعض السلف: لا تجد أحدًا عاقًّا لوالديه إلا وجدته جبارًا شقيًّا، ثم قرأ: { وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا } ، قال: ولا تجد سيئ الملكة إلا وجدته مختالا فخورًا، ثم قرأ: { وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالا فَخُورًا } [ النساء : 36 ]
Firman-Nya: “Dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” Yaitu Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi takabbur (enggan) beribadah dan taat kepada-Nya, serta enggan berbakti kepada ibuku, hingga menyebabkan aku celaka karenanya.
Sufyan Ats-Tsauri berkata: “Lafazh al Jabbarasy-Syaqiy artinya adalah orang yang membunuh karena murka.”
Sedangkan sebagian ulama Salaf berkata: “Tidak ada seorang pun yang ditemukan dalam keadaan durhaka kepada orang tuanya kecuali pasti ia adalah seorang yang sombong lagi celaka.” Kemudian ia membaca: wa barram biwaalidatii wa lam yaj’alnii jabbaaran syaqiyyan (“Berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.”) Dan tidak ditemukan seorang pun yang buruk akhlaknya kecuali pasti ia adalah seorang yang sombong lagi membangakan diri, kemudian ia membaca: wa maa malakat aimaanukum innallaaHa laa yuhibbu man kaana mukhtaalan fakhuuran (“Dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.”). (Tafsir Ibnu Katsir V/230).
Begitu tawadhu’nya Nabi Isa, pernah suatu ketika ada orang yang memuji dirinya dan ibundanya, namun ia menanggapinya dengan sebuah nasihat yang mulia.
وقال قتادة: ذكر لنا أن امرأة رأت ابن مريم يحيي الموتى ويبرئ الأكمه والأبرص، في آيات سلطه الله عليهن، وأذن له فيهن، فقالت: طوبى للبطن الذي حملك وللثدي الذي أرضعت به، فقال نبي الله عيسى، عليه السلام، يجيبها: طوبى لمن تلا كلام الله، فاتبع ما فيه ولم يكن جبارًا شقيًّا.
Qatadah berkata, telah diceritakan kepada kami bahwa seorang wanita pernah melihat `Isa bin Maryam mampu menghidupkan orang yang mati serta menyembuhkan orang yang buta dan berpenyakit kusta sebagai tanda-tanda yang diberikan dan diizinkan Allah. Wanita itu berkata: “Beruntunglah ibu yang mengandungmu dan menyusuimu.” Lalu `Isa ‘Alaihissalam menjawab: “Beruntunglah bagi orang yang membaca Kitab Allah lalu mengikuti isinya dan tidak menjadi orang yang sombong lagi celaka.” (Tafsir Ibnu Katsir V/230).
Ketujuh, Nabi Isa ‘Alaihissalam menegaskan kembali tentang kehambaannya kepada Allah dan dirinya adalah satu ciptaan Allah yang dihidupkan, dimatikan dan dibangkitkan seperti makhluk lainnya. Akan tetapi, ia memperoleh keselamatan dalam melewati tiga fase tersebut di saat kondisi mencekam menyelimuti hamba-hamba lainnya.
وَالسَّلامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا
Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali. (QS. Maryam: 33).
Menurut para mufassir, setelah mukjizat bicara itu, Nabi Isa kembali seperti layaknya bayi. Ia baru bisa berbicara kembali sebagaimana tumbuh kembangnya anak-anak pada umumnya. Jadi surat Maryam ayat 33 adalah kalimat terakhir yang diucapkan Nabi Isa saat itu.
Syaikh Mutawalli Asy-Sya’rawi menguraikan penjelasannya yang amat menarik tentang kalimat terakhir itu, sebagai berikut,
قوله : { والسلام عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُّ } [ مريم : 33 ] لأن يوم مولده مَرَّ بسلام ، رغم ما فيه من عجائب ، فلم يتعرَّض له أحد بسوء ، وهو الوليد الذي جاء من دون أب ، وكان من الممكن أنْ يتعرّض له ولأمه بعض المتحمسين الغيورين بالإيذاء ، لكن شيئاً من ذلك لم يحدث ، ومَرَّ الميلاد بسلام عليه وعلى أمه .
}وَيَوْمَ أَمُوتُ } [ مريم : 33 ] لأنهم أخذوه ليصلبوه ، فنجّاه الله من أيديهم ، وألقى شبهه على شخص آخر ، ورفعه الله تعالى إلى السماء .
} وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيّاً } [ مريم : 33 ] فليس هناك من الرسل مَنْ سيسأل هذه الأسئلة ، ويناقش هذه المناقشة التي نُوقِشها عيسى في الدنيا :
} وَإِذْ قَالَ الله ياعيسى ابن مَرْيَمَ أَأَنتَ قُلتَ لِلنَّاسِ اتخذوني وَأُمِّيَ إلهين مِن دُونِ الله قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِن كُنتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلاَ أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنتَ عَلاَّمُ الغيوب * مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلاَّ مَآ أَمَرْتَنِي بِهِ } [ المائدة : 116117 ] .
وليس هذا قَدْحاً في مكانة عيسى عليه السلام؛ لأن ربَّه تبارك وتعالى يعلم أنه ما قال لقومه إلا ما أُمِرَ به ، ولكن أراد سبحانه توبيخ القوم الذين اتخذوه وأمه إلهين من دون الله ، فوجْه السلام في يوم { أُبْعَثُ حَيّاً } [ مريم : 33 ] أنه نُوقِش في الدنيا وبُرّئتْ ساحته .
Firman Allah “Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan,” karena hari kelahirannya berlangsung dengan selamat. Meskipun tak ada yang luar biasa dalam proses kelahirannya. Namun, tidak ada sesuatu apa pun yang buruk menimpanya, padahal ia adalah bayi yang baru lahir tanpa adanya ayah.
“Pada hari aku meninggal” karena mereka (musuh Nabi Isa) hendak menangkap Nabi Isa untuk disalibkan, maka Allah menyelamatkannya dari tangan mereka. Allah menyerupakan wajah Nabi Isa dengan orang lain, lalu Allah mengangkatnya ke langit.
“Dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali” Tidak ada seorang pun dari para rasul yang ditanya dengan persoalan (dalam ayat) ini, sementara dialog tersebut terjadi dunia.
وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ (116) مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلَّا مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ (117(
Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, “Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, ‘Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah’? Isa menjawab, “Mahasuci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya, maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku, dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib-gaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya, yaitu, ‘Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhan kalian,’ dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku. Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. (QS. Al-Maidah 116 -117).
Ini bukanlah suatu penghinaan terhadap kedudukan Nabi Isa ‘Alaihissalam, karena Tuhannya yang Maha Suci lagi Maha Tinggi mengetahui bahwasanya ia tidak mengatakan kepada kaumnya kecuali apa yang diperitahkannya. Akan tetapi Allah yang Maha Suci ingin menegur kaumnya yang menjadikan Isa dan ibunya sebagai dua Tuhan selain Allah, demi keselamatan “pada hari aku dibangkitkan hidup kembali”. Sesungguhnya ia ditanya di dunia agar terlepas dari segala tuduhan itu di akhirat. (Tafsir Asy-Sya’arawi, I/5540).
Demikianlah mukjizat pertama Nabi Isa yang diungkap oleh Al-Qur’an. Di mana mukjizat tersebut tidak ada dalam injil kanonik yang menjadi kitab suci kaum Nasrani. Padahal, mukjizat Nabi Isa yang berbicara saat bayi itu adalah perkara yang penting.
Bagaimana tidak? Jika tidak ada mukjizat tersebut, bagaimana Maryam bisa terbebas dari tuduhan sebagai pezina. Apalagi, ia juga terancam hukuman mati, lantaran tuduhan keji tersebut.
Di sisi lain, mukjizat itu juga telah meruntuhkan pondasi aqidah agama Nasrani di mana mereka telah menuhankan Yesus dan peristiwa penyalibannya. Artinya, penyimpangan aqidah kaum Nasrani sudah terbantahkan sejak Nabi Isa ‘alaihissalam masih bayi. Sehingga tak ada lagi dasar klaim mereka menuhankan Nabi Isa.
Terakhir, jika kita bandingkan dengan keyakinan iman Kristen, apa mukjizat pertama Yesus dalam Bible? Jawabannya, mukjizat pertamanya adalah merubah air menjadi anggur (wine), minuman keras yang disuguhkan dalam sebuah pesta perkawinan. Lihat Yohanes 2 : 7-11,
Jesus saith unto them, Fill the waterpots with water. And they filled them up to the brim. And he saith unto them, Draw out now, and bear unto the governor of the feast. And they bare [it]. When the ruler of the feast had tasted the water that was made wine, and knew not whence it was: (but the servants which drew the water knew;) the governor of the feast called the bridegroom, And saith unto him, Every man at the beginning doth set forth good wine; and when men have well drunk, then that which is worse: [but] thou hast kept the good wine until now. This beginning of miracles did Jesus in Cana of Galilee, and manifested forth his glory; and his disciples believed on him. (King James Version).
Yesus berkata kepada mereka, ”Isilah tempayan-tempayan itu dengan air.” Lalu mereka mengisinya sampai penuh. Dia berkata lagi, ”Sekarang, ambil sedikit isinya dan bawa kepada ketua pesta.” Mereka pun membawanya. Ketua pesta mencicipi air yang sudah diubah menjadi anggur itu. Dia tidak tahu itu dari mana, tapi para pelayan yang mengambilnya tahu. Lalu, ketua pesta memanggil pengantin laki-laki dan berkata, ”Biasanya orang menyajikan anggur yang bagus lebih dulu, dan ketika orang-orang sudah mabuk, baru yang kurang bagus. Kamu malah menyimpan anggur yang bagus sampai sekarang.” Yesus melakukan mukjizatnya yang pertama itu di Kana di Galilea, sehingga dia membuat kemuliaannya menjadi nyata, dan murid-muridnya beriman kepadanya. (Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru).
Dalam Islam, mukjizat pertama Nabi Isa adalah berbicara dengan penuh hikmah saat masih dalam buaian, tetapi dalam keyakinan Kristen, mukjizat pertama Yesus adalah merubah air menjadi minuman keras anggur (wine).
Silahkan para pembaca menilai, manakah agama yang lurus dan mendudukkan nabi dalam kemuliaan serta memberi teladan yang baik bagi umatnya. Wallahu a’lam.