Setiap orang pasti punya keluarga, karena nggak mungkin hadir di dunia ini tanpa bapak dan ibu, kecuali Nabi Adam alaihissalam diciptakan Allah tanpa bapak dan ibu. Sementara Hawa diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam alaihissalam, dan Nabi Isa alaihissalam diciptakan melalui ibu tanpa bapak. Kita semuanya lahir karena bapak dan ibu.
Keluarga itu terdiri dari bapak dan ibu ke atas; kakek-nenek dst. Ke bawah; anak-cucu, dst. Ke samping; paman, tante dst. Ke atas disebut ushul, ke bawah disebut furu’ dan ke samping disebut hawasyi.
Nah keluarga itu ada tiga;
Keluarga pertama yang terbangun di atas pondasi dua kalimat syahadat yang melahirkan iman dan amal shalih. Ini keluarga yang sejahtera dunia dan akhirat tidak merugi,
وَالْعَصْرِ (1) اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ (2) اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)
“Demi masa, sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr, 103: 1-3).
Diawali dengan suami istri yang shalih dan shalihah dilanjutkan dengan keturunan yang baik,
وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِاِيْمَانٍ اَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَآ اَلَتْنٰهُمْ مِّنْ عَمَلِهِمْ مِّنْ شَيْءٍۚ كُلُّ امْرِئٍ ۢبِمَا كَسَبَ رَهِيْنٌ
“Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. Ath-Thur, 52: 21).
Adapun keluarga kedua dibangun diatas kekafiran seperti yang ditunjukkan oleh pasangan Abu Lahab,
تَبَّتْ يَدَآ اَبِيْ لَهَبٍ وَّتَبَّ (1) مَآ اَغْنٰى عَنْهُ مَالُهٗ وَمَا كَسَبَ (2) سَيَصْلٰى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ (3) وَّامْرَاَتُهٗ ۗحَمَّالَةَ الْحَطَبِ (4) فِيْ جِيْدِهَا حَبْلٌ مِّنْ مَّسَدٍ (5)
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia! Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak (neraka). Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah). Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal.” (QS. Al-Lahab, 111: 1-5).
Keluarga ketiga gabungan antara yang mukmin dan kafir. Bila meninggal dalam keadaan kafir terputus tidak bisa dibela oleh anggota keluarga yang mukmin. Seperti Nabi Ibrahim alaihissalam tidak bisa menolong ayahnya,
وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهِيْمُ لِاَبِيْهِ اٰزَرَ اَتَتَّخِذُ اَصْنَامًا اٰلِهَةً ۚاِنِّيْٓ اَرٰىكَ وَقَوْمَكَ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya Azar, ”Pantaskah engkau menjadikan berhala-berhala itu sebagai tuhan? Sesungguhnya aku melihat engkau dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-An’aam, 6: 74).
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِيْٓ اِبْرٰهِيْمَ وَالَّذِيْنَ مَعَهٗۚ اِذْ قَالُوْا لِقَوْمِهِمْ اِنَّا بُرَءٰۤؤُا مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۖ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاۤءُ اَبَدًا حَتّٰى تُؤْمِنُوْا بِاللّٰهِ وَحْدَهٗٓ اِلَّا قَوْلَ اِبْرٰهِيْمَ لِاَبِيْهِ لَاَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَآ اَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللّٰهِ مِنْ شَيْءٍۗ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَاِلَيْكَ اَنَبْنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ
“Sungguh, telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya, ketika mereka berkata kepada kaumnya, “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami mengingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu ada permusuhan dan kebencian untuk selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja,” kecuali perkataan Ibrahim kepada ayahnya, ”Sungguh, aku akan memohonkan ampunan bagimu, namun aku sama sekali tidak dapat menolak (siksaan) Allah terhadapmu.” (Ibrahim berkata), “Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkau kami bertawakal dan hanya kepada Engkau kami bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali.” (QS. Al-Mumtahanah, 60: 4).
Maka kewajiban bagi kepala rumah tangga untuk menjaga keutuhan keluarganya agar tidak ada yang terjerumus ke jurang api neraka,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim, 66: 6).
Betapa bahagianya keluarga yang dikaruniai keshalihan; suami yang shalih, istri shalihah, anak-anak yang berprestasi dan baik apalagi hafal Al-Qur’an, kawan-kawan yang baik, tetangga yang baik, rezeki lancar dan sehat jasmani dan rohani. Pandailah bersyukur atas karunia kaluarga yang bahagia seperti itu,
وَاللّٰهُ جَعَلَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا وَّجَعَلَ لَكُمْ مِّنْ اَزْوَاجِكُمْ بَنِيْنَ وَحَفَدَةً وَّرَزَقَكُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِۗ اَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُوْنَ وَبِنِعْمَتِ اللّٰهِ هُمْ يَكْفُرُوْنَ
“Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rezeki dari yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari nikmat Allah?” (QS. An-Nahl, 16: 72).
Selain juga para malaikat mendoakan keluarga beriman yang harmonis itu,
رَبَّنَا وَاَدْخِلْهُمْ جَنّٰتِ عَدْنِ ِۨالَّتِيْ وَعَدْتَّهُمْ وَمَنْ صَلَحَ مِنْ اٰبَاۤىِٕهِمْ وَاَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيّٰتِهِمْ ۗاِنَّكَ اَنْتَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ
“Ya Tuhan kami, masukkanlah mereka ke dalam surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka, dan orang yang saleh di antara nenek moyang mereka, istri-istri, dan keturunan mereka. Sungguh, Engkaulah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS. Ghafir, 40: 8).
Ayo para keluarga beriman untuk berpacu menjadi keluarga calon ahli surga. Keluarga yang istiqamah di atas kebenaran, pemaaf satu sama lain, saling menghormati, penuh kasih sayang, dalam ilmu agamanya, suka beribadah, dermawan, berprestasi secara duniawi, menjadi teladan bagi keluarga yang lain.
Keluarga para salafus-shalih itu ada yang bergantian shalat tahajjud sehingga sepanjang malam di rumah mereka selalu ada yang shalat tahajjud, subhanallah. Bahkan kita temukan dewasa ini ada keluarga yang dikarunia Allah seisi keluarga itu hafal Alqur’an, luar biasa. Bila kumpulan keluarga itu baik, maka akan menjadikan masyarakat itu baik, miliu yang baik itu bagi kaum beriman seperti ikan dengan air. Wallahu a’lam.