Pertengahan bulan Sya’ban lebih populer di tengah umat Islam disebut dengan Nishfu Sya’ban. Malam Nishfu Sya’ban memiliki keistimewaan tersendiri, Allah Ta’ala melimpahkan maghfirah (ampunan) kepada seluruh mahlukNya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَنْ أَبِى مُوسَى الأَشْعَرِىِّ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ إِنَّ اللَّهَ لَيَطَّلِعُ فِى لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ
“Dari Abu Musa Al-Asy’ary radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Allah mendatangi seluruh makhluk-Nya pada malam Nisfu Sya’ban. Dia pun mengampuni seluruh makhluk kecuali orang musyrik dan musyahin.” (HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al-Albani di dalam kitab Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 1144).
Adapun pengecualian atau orang-orang yang tidak mendapat ampunan Allah adalah orang kafir musyrik lantaran menyekutukanNya.
Kemudian, ampunan Allah juga tidak diberikan kepada musyahin. Syaikh Mubarakfuri menjelaskan makna musyahin,
مشاحن أي مباغض ومعاد لمسلم من غير سبب ديني من الشحناء. وهي العداوة والبغضاء. قال الأوزاعي: أراد به صاحب البدعة المفارق لجماعة الأمة
“Musyahin artinya bertengkar dan bermusuhan dengan seorang muslim bukan karena sebab agama yang dipertengkarkan dan ini adalah permusuhan dan pertengkaran. Al-Auza’iy berkata: “Yang dimaksud darinya adalah pelaku bid’ah yang memisahkan diri dari kesatuan umat Islam.” (Mir’at Al Mafatih Syarah Misykat Al Mashabih, 4/340).
Sebagian ulama ada yang berpendapat agar menghidupkan malam nishfu Sya’ban. Sebagaimana disampaikan Imam Syafi’i, ia menganjurkan memperbanyak doa di malam tersebut.
وبلغنا أنه كان يقال: إن الدعاء يستجاب في خمس ليال في ليلة الجمعة وليلة الاضحى وليلة الفطر وأول ليلة من رجب وليلة النصف من شعبان
“Telah sampai pada kami, sesungguhnya dikatakan, “Bahwasanya doa dikabulkan di lima malam, yaitu malam Jum’at, malam ‘Idul Adha, malam ‘Idul Fitri, malam pertama bulan Rajab dan malam nishfu Sya’ban.”
Kemudian Imam Syafi’i berkata lagi:
وأنا أستحب كل ما حكيت في هذه الليالى من غير أن يكون فرضا
“Dan saya menganjurkan semua apa yang dihikayatkan dari (keutamaan) malam-malam tersebut tanpa bersifat fardhu.” (Al-Umm, I/231).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah juga menyampaikan keterangan senada. Bahwa sekelompok salafush shalih melaksanakan shalat di malam nishfu Sya’ban.
مَسْأَلَةٌ: فِي صَلَاةِ نِصْفِ شَعْبَانَ؟
الْجَوَابُ: إذَا صَلَّى الْإِنْسَانُ لَيْلَةَ النِّصْفِ وَحْدَهُ، أَوْ فِي جَمَاعَةٍ خَاصَّةٍ كَمَا كَانَ يَفْعَلُ طَوَائِفُ مِنْ السَّلَفِ، فَهُوَ أَحْسَنُ. وَأَمَّا الِاجْتِمَاعُ فِي الْمَسَاجِدِ عَلَى صَلَاةٍ مُقَدَّرَةٍ. كَالِاجْتِمَاعِ عَلَى مِائَةِ رَكْعَةٍ، بِقِرَاءَةِ أَلِفِ: {قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ} دَائِمًا. فَهَذَا بِدْعَةٌ، لَمْ يَسْتَحِبَّهَا أَحَدٌ مِنْ الْأَئِمَّةِ. وَاَللَّهُ أَعْلَمُ
Pertanyaan: Tentang shalat nishfu Sya’ban.
Jawaban: “Apabila seseorang shalat (sunnah muthlaq) pada malam nishfu Sya’ban sendirian atau berjamaah, sebagaimana dilakukan oleh segolongan ulama salaf, maka hukumnya adalah baik. Adapun berkumpul di masjid dengan shalat yang ditentukan, seperti shalat seratus raka’at dengan membaca surat Al-Ikhlash sebanyak seribu kali, maka ini adalah perbuata bid’ah yang sama sekali tidak dianjurkan oleh para imam. Wallahu a’lam.” (Al-Fatawa Al-Kubra, II/262).
Namun demikian, perlu diwaspadai jangan sampai semangat dalam menggapai keistimewaan malam nishfu Sya’ban ternodai dengan ibadah yang tidak dicontohkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Imam An-Nawawi berkata,
(الْعَاشِرَةُ) الصَّلَاةُ الْمَعْرُوفَةُ بصلاة الرغائب وهي ثنتى عَشْرَةَ رَكْعَةً تُصَلَّى بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ لَيْلَةَ أَوَّلِ جُمُعَةٍ فِي رَجَبٍ وَصَلَاةُ لَيْلَةِ نِصْفِ شَعْبَانَ مِائَةُ رَكْعَةٍ وَهَاتَانِ الصَّلَاتَانِ بِدْعَتَانِ وَمُنْكَرَاتَانِ قَبِيحَتَانِ وَلَا يُغْتَرُّ بِذِكْرِ هِمَا فِي كِتَابِ قُوتِ الْقُلُوبِ وَإِحْيَاءِ عُلُومِ الدِّينِ
“Kesepuluh adalah shalat yang dikenal dengan Shalat Ar-Ragha’ib, yaitu 12 rakaat yang dilaksanakan antara maghrib dan Isya pada malam Jumat pertama bulan Rajab dan shalat malam nisfu Sya‘ban sebanyak 100 rakaat. Dua shalat ini adalah bid‘ah, munkar, dan buruk. Jangan tertipu dengan penyebutan dua shalat dalam kitab Qutul Qulub dan Ihya ‘Ulumiddin.” (Lihat An-Nawawi, Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab, jilid 4, hal. 56).
Oleh sebab itu, agar terhindar dari hal yang diperselisihkan dan ketergelinciran, sebaiknya menggiatkan ibadah dilakukan di seluruh waktu bulan Sya’ban; berpuasa di siang hari dan qiyam di malam harinya sesuai tuntunan. Wallahu a’lam.