Allah ta’ala berfirman:
وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَٰهًا آخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ يَلْقَ أَثَامًا
“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya).” (Al-Furqan: 68)
Dari ayat diatas, menurut Ibnul Qayyim rahimahullah, induk kemaksiatan baik besar maupun kecil ada tiga:
- Melakukan kesyirikan.
- Menuruti hawa nafsu yaitu dengan berbuat aniaya dan lalim kepada orang lain.
- Menuruti arus syahwat yaitu zina.
Dari ketiga induk kemaksiatan ini terlahir cabang-cabang kemaksiatan yang sangat banyak. Sayangnya seringkali manusia tidak menyadarinya. Bahkan di antara manusia ada yang perasaannya tumpul tidak merasa sama sekali telah berbuat maksiat.
Keadaan seperti ini dialami oleh orang-orang yang hatinya telah tertutup hitam pekat karena noda kemaksiatan telah memenuhi kalbunya. Namun diantara manusia masih ada yang perasaannya tajam terhadap kemaksiatan meskipun terlihat sepele dan kecil di mata orang lain, tetapi sekali ia berbuat maksiat, ia akan menyesal seumur hidup.
Barangkali di antara sebab seseorang hatinya tumpul hingga tidak merasa berbuat maksiat karean ia telah akrab dengan maksiat tersebut. Sudah teramat sering ia berbohong, menipu, menganiaya orang lain, menyepelakan shalat bahkan meninggalkan shalat, minum-minum dan berzina. Sudah teramat lama dia tidak membaca Al-Quran, dan melakukan perkara-perkara haram. Jadilah hatinya berkarat dan tumpul.