Allah ta’ala berfirman:
ارْكُضْ بِرِجْلِكَ ۖ هَٰذَا مُغْتَسَلٌ بَارِدٌ وَشَرَابٌ
“Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum”. (Shad: 42)
Ayat diatas adalah perintah Allah kepada Nabi Ayub alaihissalam yang telah mendapat berbagai macam ujian berat. Hartanya habis, semua anak-anaknya meninggal dan tertimpa berbagai penyakit kronis.
Meskipun demikian, beliau tetap sabar tanpa mengeluh sedikitpun dan husnuzhan pada Allah. Keteguhan beliau pada ujian diri dan keluarga menunjukkan tauhidnya yang khalis mencari ridha Allah ta’ala.
Kemudian, Allah ta’ala memberinya petunjuk agar penyakitnya sembuh dengan cara menghentakkan kakinya ditanah.
Al-Qurthubi berkata,
أي فركض فنبعت عين ماء فاغتسل به ، فذهب الداء من ظاهره ، ثم شرب منه فذهب الداء من باطنه
“Yaitu menghentakan kaki maka keluar mata air agar ia mandi dengannya, maka hilanglah penyakit bagian luar tubuh, kemudian ia minum sehingga hilanglah penyakit di bagian dalam tubuh.”
Kisah Nabi Ayub alaihissalam ini mengajarkan pada kita untuk menerima takdir Allah dan bersabar dengannya. Lalu berdoa tanpa putus kepada Allah ta’ala dengan merendah sampai tidak membutuhkan manusia.
Beliau berdoa:
أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
“Sungguh aku ditimpa mudharat dan Engkau Maha Penyayang di antara para penyayang.” (Al-Anbiya` : 83)
Setelah dengan berbagai kesungguhan doa dan kesabaran yang tinggi, Allah mengabulkannya dengan firman-Nya:
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِنْ ضُرٍّ ۖ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَذِكْرَىٰ لِلْعَابِدِينَ
“Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang beribadah.” (Al-Anbiya`: 84)