Petir amat sering terlihat kala musim hujan datang. Kilatan cahaya dan suara petir yang menggelegar, mengejutkan orang yang menyaksikannya.
Bila dilihat dari kacamata iman, gemuruh petir itu adalah bentuk tasbih kepada Allah Ta’ala.
وَيُسَبِّحُ ٱلرَّعْدُ بِحَمْدِهِۦ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةُ مِنْ خِيفَتِهِۦ وَيُرْسِلُ ٱلصَّوَٰعِقَ فَيُصِيبُ بِهَا مَن يَشَآءُ وَهُمْ يُجَٰدِلُونَ فِى ٱللَّهِ وَهُوَ شَدِيدُ ٱلْمِحَالِ
Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dialah Tuhan Yang Maha keras siksa-Nya. (QS. Ar-Ra’d: 13).
Syaikh Ali Ash-Shalabi mengutip kisah Syaikh Abdul Majid Az-Zindani yang bertanya kepada seorang pakar meteorologi,
هل للرعد ذبذبة متكررة؟ فالإنسان عندما يسبح: سبحان الله، سبحان الله، لابد من نغم مكرر فقلت: هل هناك نغمات مكررة للرعد؟ فقال: نعم.. هناك نغمات مكررة تتردد على وتيرة واحدة بالنسبة لها والله أعلم
Apakah guruh memiliki osilasi (gelombang) yang berulang? Ada pun manusia, ketika ia mengucapkan tasbih “subhanallah… subhanallah…” pasti memiliki nada yang berulang. Maka aku bertanya, apakah guruh memiliki nada yang berulang-ulang? Maka ia (pakar meteorologi) menjawab, iya… ada nada yang berulang pada satu frekuensi pada nada tersbut. Wallahu a’lam. (Al-Mu’jizah Al-Khalidah, hal. 86).
Segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit senantiasa bertasbih kepada Allah, lewat berbagai cara yang hanya diketahui Allah.
تُسَبِّحُ لَهُ ٱلسَّمَٰوَٰتُ ٱلسَّبْعُ وَٱلْأَرْضُ وَمَن فِيهِنَّ ۚ وَإِن مِّن شَىْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِۦ وَلَٰكِن لَّا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ ۗ إِنَّهُۥ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا
Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (QS. Al-Isra: 44)
Oleh sebab itu, disunnah bila mendengar petir agar mengucapkan tasbih. Sahabat Abdullah bin Zubair ketika mendengar suarah guruh, ia meninggalkan pembicaraan dan mengucapkan
سُبْحَانَ الَّذِيْ يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ خِيْفَتِهِ
Mahasuci Allah yang petir dan para malaikat bertasbih dengan memuji-Nya karena rasa takut kepada-Nya. (HR. Al-Bukhari dalam Adabul Mufrad).
Di sisi lain, mengapa Allah menyandarkan kalimat tasbih kepada mahluk yang tak bertutur? ini merupakan isyarat agar umat manusia meneliti hikmah di balik peristiwa tersebut. Tujuannya agar semakin terbuka pikiran dan hati manusia, bahwa di situ ada bukti keagungan Allah Ta’ala.
Hikmah lainnya, tasbih adalah bentuk ketundukan dan pengakuan akan kekuasaan Allah, sekaligus ibadah. Bila mahluk atau benda yang dianggap mati saja bertasbih, bagaimana dengan manusia berakal?
Ayat Kauniyah tentang Petir
Al-Qur’an menyebut lafazh ar-ra’d (الرَّعد) yang diartikan guruh, sebanyak dua kali; surat Al-Baqarah ayat 9 dan surat Ar-Ra’d ayat 13. Kemudian, lafazh al-barq (البرق) yang diartikan kilat disebut sebanyak lima kali; surat Al-Baqarah ayat 19 dan ayat 20, Ar-Ra’d ayat 12, An-Nur ayat 43, Ar-Rum ayat 24. Terakhir, lafazh ash-shawa’iq (الصَّواعق) atau ash-sha’iqah (الصَّاعقة) yang diartikan petir atau halilintar disebut sebanyak tujuh kali; surat Al-Baqarah ayat 19 dan ayat 55, An-Nisa ayat 153, Ar-Ra’d ayat 13, Fushshilat ayat 13 dan ayat 17, Az-Zariyat ayat 44.
Adapun, ayat Al-Qur’an yang menyinggung tentang kronologi terjadinya petir terdapat di dalam surat An-Nur ayat 43,
أَلَمْ تَرَ أَنَّ ٱللَّهَ يُزْجِى سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهُۥ ثُمَّ يَجْعَلُهُۥ رُكَامًا فَتَرَى ٱلْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَٰلِهِۦ وَيُنَزِّلُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مِن جِبَالٍ فِيهَا مِنۢ بَرَدٍ فَيُصِيبُ بِهِۦ مَن يَشَآءُ وَيَصْرِفُهُۥ عَن مَّن يَشَآءُ ۖ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهِۦ يَذْهَبُ بِٱلْأَبْصَٰرِ
Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan. (QS. An-Nur: 43).
Apa yang disampaikan Al-Qur’an pada dasarnya selaras dengan sains, sebagaimana diungkapkan para ilmuwan, bahwa terjadinya petir diawali dari pergerakan awan. Syaikh Ali Ash-Shalabi mengatakan,
فالعلم إذن يتفق مع ما قيل عن السبب العام في تولد البرق والرعد والصواعق، وهو التكهرب الموجب والسالب في السحاب.
Ilmu pengetahuan bersepakat terhadap apa yang telah dikatakan tentang penyebab umum kilat, guntur dan halilintar, yaitu merupakan elektrifikasi positif dan negatif dari awan. (Al-Mu’jizah Al-Khalidah, hal. 86).
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan, petir terjadi karena adanya perbedaan potensial antara awan dan bumi. Proses terjadinya muatan pada awan karena pergerakannya yang terus menerus secara teratur dan selama pergerakan itu dia akan berinteraksi dengan awan lainnya sehingga muatan negatif akan berkumpul pada salah satu sisi, dan muatan positif pada sisi sebaliknya.
Jika perbedaan potensial antara awan dan bumi cukup besar, maka akan terjadi pembuangan muatan negatif (electron) untuk mencapai kesetimbangan. Pada proses ini, media yang dilalui electron adalah udara, dan pada saat electron mampu menembus ambang batas isolasi udara inilah akan terjadi ledakan suara yang menggelegar. Petir lebih sering terjadi pada musim hujan karena pada keadaan tersebut udara mengandung kadar air yang lebih tinggi sehingga daya isolasinya turun dan arus lebih mudah mengalir. Karena adanya awan yang bermuatan positif dan negatif, maka petir juga bisa terjadi antar awan yang berbeda muatan.
Kemudian, Syaikh Shalabi mengutip pendapat Ahmad Musthafa Mutawalli dalam bukunya Al-Mausu’ah Adz-Dzahabiyah fi I’jazil Qur’an was Sunnah,
عندما يتحول الماء إلى برد يخرج منه شحنة كهربائية فالسبب الأصلي في تكوين البرق في السحاب هو “البرد” فاللمعان الذي ترونه شديداً ذاك لمعان كهرباء نتجت بالبرد وبسبب البرد تكويناً وإطلاقاً.
Ketika air berubah menjadi butiran es, keluarlah muatan listrik darinya. Maka sebab utama pembentukan petir di awan adalah “butiran es.” Kemilau yang terlihat amat kuat itulah kilatan listrik yang dihasilkan oleh butiran es disebabkan oleh pembentukan dan pelepasan butiran es tersebut. (Al-Mu’jizah Al-Khalidah, hal. 86).
Untuk diketahui, cahaya kilat menyambar sejauh kurang lebih 140.000 km (87.000 mil) per detik, hampir separuh dari kecepatan cahaya, sehingga cahaya kilat langsung terlihat. Tetapi suara petir lebih lambat terdengar, karena kecepatan suara hanya 340 m per detik. Cahaya yang dikeluarkan oleh petir lebih terang daripada cahaya 10 juta bola lampu pijar berdaya 100 watt.
Bahaya Petir
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mengatakan petir melepaskan arus listrik sebesar 80.000 Ampere dalam satu kali sambaran dengan temperatur yang mencapai 50.000 derajat celcius, sama panasnya dengan suhu permukaan matahari.
Suara guruh amat keras, tercatat sekitar 120 desibel, setara dengan suara yang dihasilkan oleh senjata api. Suara yang keras ini dapat menyebabkan kerusakan pada bagian telinga dalam.
Begitu dahsyatnya, obyek yang terkena sambaran petir bisa hancur atau terbakar. Sebagaimana diberitakan pada hari Sabtu (13/11/2021) petir diduga pernah menyambar kilang minyak di Cilacap, Jawa Tengah, hingga menyebabkan kebakaran besar. Kemudian, beberapa hari lalu viral sebuah video petir menyambar seorang satpam yang tengah bertugas di daerah Cilincing, Jakarta Utara, pada Senin (20/12/2021). Satpam bernama Abdul Rosyid itu mengalami luka dan dilarikan ke rumah sakit.
Petir juga banyak menewaskan korban jiwa. Mengutip laman laman media Aljazeera pada Jumat (3/9/2021), berdasarkan angka pemerintah, sekitar 2.500 orang tewas dalam sambaran petir di seluruh India setiap tahun.
Pada umat terdahulu, Allah pernah mengazab kaum ‘Ad dan Tsamud dengan petir, sebagaimana firmanNya,
فَإِنْ أَعْرَضُوا۟ فَقُلْ أَنذَرْتُكُمْ صَٰعِقَةً مِّثْلَ صَٰعِقَةِ عَادٍ وَثَمُودَ
Jika mereka berpaling maka katakanlah: “Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum ‘Aad dan Tsamud”. (QS. Fussilat: 13).
Kisah kaum Tsamud yang datang setelah kaum ‘Aad, mereka adalah penyembah berhala. Nabi Shalih ‘alaihis salam, diutus kepada kaum Tsamud untuk menyampaikan agar mereka menyembah Allah semata yakni bertauhid.
Kaum Tsamud meminta unta yang bunting tua kepada Nabi Shalih dan dikeluarkan dari sebuah batu. Kalau itu dipenuhi, mereka akan beriman kepada Allah. Kemudian permintaan tersebut terpenuhi dengan sebelumnya Nabi Shalih melaksanakan shalat lalu berdoa. Unta tersebut keluar dari batu. Setelah melihat kejadian tersebut, ada yang beriman, tetapi mayoritas masih kafir. Unta tersebut dimanfaatkan oleh kaum Tsamud dengan diambil susunya, bahkan berlangsung dalam waktu lama. Tetapi kaum Tsamud setelah itu malah bersepakat untuk menyembelihnya.
Atas kekafiran kaum Tsamud yang mencela dan menentang dakwah tauhid Nabi Shalih, maka Allah menurun azab berupa petir dengan suara yang keras hingga membinasakan mereka semua.
Begitu terlaknatnya mereka, sampai-sampai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam melarang memasuki wilayah kaum Tsamud, kecuali dengan menangis.
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melakukan perjalanan menuju Tabuk, lalu melewati Hajar, satu daerah yang dulu pernah ditempati kaum tsamud, umatnya Nabi Shalih ‘alaihis salam. Beliau memerintahkan agar para sahabat mempercepat langkahnya dan berusaha menangis.
Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, menceritakan,
لَمَّا مَرَّ بِالْحِجْرِ قَالَ « لاَ تَدْخُلُوا مَسَاكِنَ الَّذِينَ ظَلَمُوا إِلاَّ أَنْ تَكُونُوا بَاكِينَ ، أَنْ يُصِيبَكُمْ مَا أَصَابَهُمْ » . ثُمَّ قَنَّعَ رَأْسَهُ وَأَسْرَعَ السَّيْرَ حَتَّى أَجَازَ الْوَادِىَ
Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati daerah Hajar, beliau bersabda, “Janganlah kalian memasuki tempat tinggal orang-orang yang dzalim, kecuali sambil menangis. Karena apa yang menimpa mereka bisa menimpa kalian.” Lalu beliau menutup kepala beliau dengan kain selendangnya, dan mempercepat perjalanannya, hingga berhasil melewati daerah itu. (HR. Ahmad dan Bukhari).
Doa Perlindungan
Oleh sebab itu, kaum muslimin diperintahkan membaca doa dan bertasbih, agar terlindungi dari bahaya petir. Sebagaimana diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
اللَّهُمَّ لاَ تَقْتُلْنَا غَضَبًا ، وَلاَ تَقْتُلْنَا نِقْمَةً وَعَافِنَا قَبْلَ ذَلِكَ
Ya Allah janganlah Engkau matikan kami dengan sebab kemarahanMu, jangan pula Engkau matikan kami dengan sebab murkaMu, maka maafkanlah kami sebelum itu terjadi. (HR. An-Nasai)
’Abdullah bin Az Zubair mendengar petir, dia menghentikan pembicaraan, kemudian mengucapkan,
سُبْحَانَ الَّذِيْ يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ خِيْفَتِهِ
Mahasuci Allah yang petir dan para malaikat bertasbih dengan memuji-Nya karena rasa takut kepada-Nya. (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad).
Manfaat Petir
Allah Ta’ala berfirman,
هُوَ الَّذِي يُرِيكُمُ الْبَرْقَ خَوْفًا وَطَمَعًا وَيُنْشِئُ السَّحَابَ الثِّقَالَ (12) وَيُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلائِكَةُ مِنْ خِيفَتِهِ وَيُرْسِلُ الصَّوَاعِقَ فَيُصِيبُ بِهَا مَنْ يَشَاءُ وَهُمْ يُجَادِلُونَ فِي اللَّهِ وَهُوَ شَدِيدُ الْمِحَالِ (13(
Dialah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepada kalian untuk menimbulkan kekalutan dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung. Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia-lah Tuhan Yang Mahakeras siksa-Nya. (QS. Ar-Ra’d: 12-13).
Dalam ayat yang lainnya, Allah berfirman,
وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦ يُرِيكُمُ ٱلْبَرْقَ خَوْفًا وَطَمَعًا وَيُنَزِّلُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً فَيُحْىِۦ بِهِ ٱلْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَآ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya. (QS. Ar-Rum: 24).
Al-Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengutip penjelasan Qatadah tentang kalimat “ketakutan dan harapan” (خَوْفًا وَطَمَعًا), sebagai berikut:
قال قتادة: خوفا للمسافر، يخاف أذاه ومشقته، وطمعا للمقيم يرجو بركته ومنفعته، ويطمع في رزق الله.
Qatadah mengatakan bahwa ketakutan bagi orang yang sedang dalam perjalanan yakni takut terhadap bahayanya. Dan harapan bagi orang yang bermukim (ada di tempat tinggalnya) adalah berharap berkah dan manfaat dari kilat, serta mengharapkan rezeki Allah (yaitu hujan). (Tafsir Ibnu Katsir, IV/440).
Jadi berdasarkan ayat di atas, petir memiliki bahaya sekaligus manfaat. Jika bahaya petir telah disinggung di atas, maka perlu diketahui pula tentang manfaat petir.
Apa yang disampaikan Al-Qur’an 14 abad yang lalu, ternyata secara ilmiah bisa dibuktikan. Bahwa petir memiliki manfaat. Selain sebagai penanda turunnya hujan, petir memiliki manfaat bagi kesuburan tanaman, melalui nitrogen yang dihasilkan.
Saat petir menyambar banyak terjadi reaksi-reaksi kimia lain antara udara dengan air hujan yang sedang turun. Misalnya nitrogen dengan air sehingga saat air sampai di bumi menjadikan tanah lebih subur karena mendapat pasokan nitrogen lebih banyak berupa unsur Hara. Proses yang terjadi di alam raya ini ibarat sebuah pabrik pupuk urea yang menghasilkan pupuk urea berkadar Nitrogen tinggi.
Lalu, saat terjadi hujan disertai dengan kilat dan petir yang menggelegar, juga sedang terjadi proses pembersihan udara dengan membunuh kuman dan bakteri yang melayang, disebabkan oleh plasma petir yang sangat tinggi. Setelah hujan reda, petir sudah selesai, maka udara akan terasa nyaman.
Petir juga petir dapat memproduksi Ozon (O3). Sebagaimana yang kita ketahui bahwa bumi diselimuti oleh lapisan ozon. Lapisan ozon adalah sekumpulan udara di atmosfer yang melindungi bumi dari radiasi sinar matahari yang berbahaya, yakni sinar ultraviolet.
Kemudan yang paling utama, petir bermanfaat untuk sumber energi listrik. Dr. Ir. H. Chunaeni Latief, M.Eng.Sc., pimpinan laboratorium energi Unisba mengatakan bahwa seluruh listrik yang kita nikmati sekarang bukanlah energi listrik murni. Sebagian besar berasal dari energi air (PLTA), energi uap (PLTU), energi gas bumi (PLTG), energi nuklir (PLTN), dan lain-lain. Sedangkan yang dinamakan energi listrik yang benar-benar murni adalah petir. Ini belum dimanfaatkan sama sekali.
Petir memiliki energi listrik yang amat besar. Kekuatan petir yang pernah tercatat yakni mulai dari ribuan ampere sampai 200.000 ampere. Angka ini setara dengan kekuatan yang dibutuhkan untuk menyalakan 500 ribu lampu bohlam 100 watt.
Subhanallah, begitu lengkap ciptaan Allah, ada bahaya ada pula manfaat. Dengan demikian, Allah telah memperlihatkan, bahwa tak ada yang sia-sia dari seluruh ciptaanNya. Semoga, ayat-ayat kauniyah yang membahas tentang petir, semakin menyadarkan manusia akan keagungan Allah. Sehingga manusia semakin tunduk menghamba kepadaNya. Wallahu a’lam.