Guru ngaji di kampung-kampung, pelosok desa atau di gang sempit kota metropolitan, kadang dipandang sebelah mata. Maklum saja, mereka bukan penceramah kondang apalagi kiai pimpinan pesantren. Kemampuannya hanya mengajar anak-anak mengenal huruf hijaiyah, menuntun membaca iqra atau memperbaiki tilawah Al-Qur’an.
Sesungguhnya, rutinitas mengajarkan membaca Al-Qur’an di rumah-rumah itu juga dilakukan para sahabat dan keturunan mereka.
عَنْ أَبِى مُوسَى رضى الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنِّى لأَعْرِفُ أَصْوَاتَ رُفْقَةِ الأَشْعَرِيِّينَ بِالْقُرْآنِ حِينَ يَدْخُلُونَ بِاللَّيْلِ وَأَعْرِفُ مَنَازِلَهُمْ مِنْ أَصْوَاتِهِمْ بِالْقُرْآنِ بِاللَّيْلِ وَإِنْ كُنْتُ لَمْ أَرَ مَنَازِلَهُمْ حِينَ نَزَلُوا بِالنَّهَارِ…»
“Abu Musa Al Asy’ary radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya aku benar-benar mengetahui suara kelompok orang-orang keturunan Asy’ary dengan bacaan Al-Quran, jika mereka memasuki waktu malam dan aku mengenal rumah-rumah mereka dari suara-suara mereka membaca Al Quran pada waktu malam, meskipun sebenarnya aku belum melihat rumah-rumah mereka ketika mereka berdiam (disana) pada siang hari…” (HR. Muslim).
Maka, Allah Ta’ala yang Maha Menyaksikan, tidak pernah menyia-nyiakan amal shalih seorang hamba. Apa yang dianggap remeh di hadapan mahluk, bisa jadi hal tersebut amat mulia di sisi Allah.
Para guru ngaji kampung itu, sejatinya merekalah para pembuka rahmat/kasih sayang Allah dan penangkal turunnya adzab. Perhatikan firman Allah Ta’ala,
وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Apabila dibacakan Al-Quran, perhatikanlah dan diamlah, maka kalian akan mendapatkan rahmat.” (QS. Al-A’raf: 204).
Demikian pula sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam,
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ، وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ.
“Tidaklah suatu kaum berkumpul dalam salah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid), untuk membaca Al-Qur’an dan mempelajarinya, kecuali akan diturunkan kepada mereka ketenangan, dan mereka dilingkupi rahmat Allah, para malaikat akan mengelilingi mereka dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di hadapan makhluk-Nya yang berada didekat-Nya (para malaikat).” (HR. Muslim).
Dari dalil di atas ditegaskan bahwa, membaca, belajar dan mengajarkan Al-Qur’an adalah sumber turunnya rahmat. Maka otomatis, rahmat Allah itu mengalahkan murkaNya, sebagaimana dalam hadits yang lain.
إِنَّ رَحْمَتِى تَغْلِبُ غَضَبِى
“Sesungguhnya rahmat-Ku telah mengalahkan kemurkaan-Ku.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Itulah mengapa orang-orang yang diberikan amanah untuk mengajarkan Al-Qur’an, mendapatkan kebaikan yang amat banyak. Allah ta’ala berfirman,
يُؤْتِى ٱلْحِكْمَةَ مَن يَشَآءُ ۚ وَمَن يُؤْتَ ٱلْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِىَ خَيْرًا كَثِيرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّآ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰبِ
Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). (QS. Al-Baqarah: 269).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam juga bersabda,
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari).
Terkait dengan ayat di atas, Al-Imam Al-Qurthubi mengutip sebuah riwayat dari Sunan Ad-Darimi, meskipun ada ulama yang mengatakan hadits ini derajatnya dhaif.
إِنَّ اللَّهَ لَيُرِيدُ الْعَذَابَ بِأَهْلِ الْأَرْضِ فَإِذَا سَمِعَ تَعْلِيمَ الصِّبْيَانِ الْحِكْمَةَ صَرَفَ ذَلِكَ عَنْهُمْ قَالَ مَرْوَانُ يَعْنِي بِالْحِكْمَةِ الْقُرْآنَ.
“Sesungguhnya Allah benar-benar hendak mengadzab penduduk bumi, namun ketika itu Allah mendengar seorang guru mengajarkan Al-Hikmah pada anak-anak kecil, maka Allah memalingkan adzab tersebut dari mereka.” Marwan berkata: “Al-Hikmah adalah Al-Qur’an” (HR. Ad-Darimi).
Subhanallah, maka beruntunglah jika di sekitar kita masih ada guru ngaji yang istiqomah mengajar anak-anak di Rumah Qur’an, TPA, majelis ta’lim atau pengajian sejenisnya. Boleh jadi, suara sayup-sayup ejaan huruf hijaiyah dan lantunan ayat-ayat pendek juz 30 yang keluar dari mulut anak-anak itulah yang meredam murka Allah.
Maka, dukunglah keberadaan mereka, curahkanlah sedikit perhatian padanya, jika perlu bantulah mereka. Sebab, sungguh besar jasa para guru ngaji, mereka seperti paku bumi yang mencegah guncangan bala bencana dan musibah. Wallahu A’lam.