Breaking News

Bening Hati Bersama Bulan Suci

Tidaklah Abu Bakar mengungguli kalian dengan banyaknya puasa dan juga sholat, tetapi ia mengungguli kalian dengan sesuatu yang ada dalam dadanya.” (Bakr Abdullah Al Muzani)

Islam memperhatikan amalan hati melebihi perhatiannya terhadap amalan dzohir (tampak). Apa yang diungkap oleh alim tabi’in Bakr Abdullah Al-Muzani di atas menguatkan hal tersebut. Juga apa yang dikisahkan oleh istri dari khalifah Umar bin Abdul Aziz, Fatimah binti Abdul Malik, beliau menyampaikan kurang lebih senada dengan pernyataan di atas. Ini menjelaskan bahwasanya amalan batin adalah kunci kebaikan amalan dzohir.

Ingatlah sesungguhnya di dalam jasad terdapat segumpal daging. Apabila segumpal daging itu baik, maka baik pula seluruh jasad, namun apabila segumpal daging itu rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah, bahwa segumpal daging itu adalah hati!” (Muttafaqun ‘alaihi)

Berdasar dalil di atas, perbaikan hati menjadi fokus seorang muslim dalam rangka memperbaiki dirinya. Karena dengan baiknya hati, baiklah seluruh amalannya. Seorang munafik meskipun dzohirnya baik, Allah tetap menghukum mereka tersiksa di dalam kerak neraka karena kebaikannya hanya sebatas pencitraan. Sebagaimana Allah sampaikan di banyak tempat dalam Al-Qur’an, diantaranya dalam surat An-Nisa’ ayat 145:

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا

Sesungguhnya orang-orang munafik berada di keraknya neraka dan mereka tidak akan pernah mendapatkan penolong.”

Nifak itu sendiri berarti menampakkan keimanan dan menyembunyikan kekufuran. Maka para sahabat sangat khawatir terjangkit virus kemunafikan, sebagaimana dikisahkan oleh Ibnu Abi Mulaikah, seorang tabi’in, beliau menceritakan:

“Aku sudah bertemu 30 orang dari sahabat Rasulullah. Seluruh dari mereka sangat khawatir terjangkit virus kemunafikan dalam dirinya.” Beliau juga menyebutkan, “tidaklah takut terhadap kemunafikan kecuali seorang Mukmin, sebaliknya tidaklah seorang merasa aman dari kemunafikan kecuali dia adalah orang munafik.” (HR. Al-Bukhori)

Al-Qur’an dan Perbaikan Hati

Allah berfirman dalam surat Asy-Syu’aro:

وَإِنَّهُ لَتَنْزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ (192) نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ (193) عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ (194)

Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril). Ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan. ( Asy-Syu’aro: 192-194)

Pada ayat di atas Allah menyebutkan,  Jibril alaihissalam menyampaikan Al-Qur’an kepada Rasulullah salalallahu alaihi wassalam ke dalam hati beliau. Menunjukkan ketika Al-Qur’an itu masuk ke hati seorang mukmin sehingga hatinya hidup, maka akan berpengaruh terhadap seluruh perbuatannya.

Allah juga menyebutkan di ayat yang lain mengenai sifat orang mukmin dalam surat Al-Anfal ayat 2 dimana hatinya akan bergetar ketika dibacakan ayat-ayat Al Qur’an dan dengan itu pula bertambah keimanannya. Dalam Az-Zumar ayat 23, Allah kembali mengulang sifat orang yang beriman kepada Allah, ketika dibacakan ayat-ayat Allah bergetar hebat kulitnya dan hatinya menjadi khusyuk, lembut dan selalu mengingat Allah azza wa jalla.

Dikutip oleh Imam Al Ghozali dalam Ihya Ulumudin, Khalifah Utsman bin Affan pernah menyampaikan:

لو طهرت القلوب لم تشبع من قراءة القرآن

Seandainya hati dalam keadaan bersih, maka ia tidak akan pernah kenyang untuk membaca Al Qur’an.”

Maka wajar beliau mengkhatamkan Al-Qur’an dalam satu rakaat sholatnya. Begitu pula keadaan salafush sholih, mereka mengkhatamkan Al-Qur’an dalam waktu yang bagi orang di zaman ini sulit untuk mengikutinya. Kalau pernyataan beliau belum cukup, mari kita simak apa yang disampaikan oleh Ibnu Masud radhiyallahu anhu dalam kitab Al-Fawaid yang ditulis oleh Ibnu Qoyyim:

Carilah hatimu pada tiga tempat: Ketika mendengarkan Al-Qur’an, di majelis zikir dan ketika engkau sedang sendiri. Jikalau engkau tidak mendapatkannya, maka mintalah kepada Allah hati yang baru.”

Al-Qur’an memiliki pengaruh yang sangat dahsyat dalam memperbaiki hati, sebagaimana firman Allah dalam surat Yunus ayat 57:

Wahai manusia, telah datang kepada kalian nasehat dari Rabb kalian dan penyembuh dari penyakit-penyakit yang ada dalam jiwa dan petunjuk serta kasih sayang bagi orang-orang mukmin.”

Ramadhan Bulan Al-Qur’an

Momen ramadhan sangat tepat bagi seorang mukmin untuk meningkatkan kualitas interaksi dengan Al-Qur’an, baik dengan membacanya, menghafal, mentadabburi atau meningkatkan beramal dengan Al-Qur’an, bahkan mendakwahkan dan meninggikan syiar-syiar Qur’an. Sebagaimana firman Allah:

“Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an.” (Al-Baqarah: 185)

Untuk memaksimalkan bulan ramadhan pula, Pondok Pesantren Islam Salman Al-Farisi meniadakan KBM. Seluruh santri fokus membaca Al-Quran, muroja’ah hafalan dan diselingi daurah ilmiah. Sekitar 30 santri terpilih mendapat penugasan menjadi imam terawih yang disebar ke masjid-masjid di beberapa wilayah.

Ust. Nur Fajriansyah, Lc. Al-Hafizh, Alumni LIPIA Jakarta guru PP. Salman Al-Farisi.

Check Also

Hukum menggunakan kutek kuku bagi perempuan

Assalamualaikum UstadzAfwan, apa hukum bagi perempuan menggunakan kutek kuku?Syukron jazakumullah khaira Jawaban Wa’alaikumussalām Warahmatullāh Wabarakātuh …