Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus sebagai nabi terakhir dan ini merupakan nikmat yang luar biasa bagi kaum Muslimin. Sebab Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam adalah nabi yang diutus sebagai rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil ‘alamin). Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Tidaklah Aku mengutusmu – wahai Muhammad – kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam.” (QS. al-Anbiya: 107).
Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ادْعُ عَلَى الْمُشْرِكِينَ قَالَ إِنِّي لَمْ أُبْعَثْ لَعَّانًا وَإِنَّمَا بُعِثْتُ رَحْمَةً
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu ia berkata, bahwa pernah dikatakan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, berdoalah untuk kebinasaan orang-orang musyrik.” Maka Rasulullah menjawab: “Sesungguhnya aku diutus bukan sebagai pelaknat, melainkan aku diutus sebagai pembawa rahmat.” (HR. Muslim).
Perilaku Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencerminkan sikap penuh kasih, jangankan kepada umatnya, kepada orang kafir pun Rasulullah bersikap demikian. Dalam Sirah Nabawiyah, banyak kisah-kisah yang melukiskan sikap mulia Rasulullah Shallallallahu ‘alaihi wa sallam. Salah satunya, ketika Rasulullah disakiti oleh orang kafir, ia tidak membalas dengan perbuatan serupa, tapi dibalasnya dengan doa.
عن أبي عبد الرحمن عبد الله بن مسعود -رضي الله عنه- قال: كَأَنِّي أَنْظُر إلى رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يَحْكِي نَبِيًّا من الأنبياء، صلوات الله وسلامه عليهم، ضربه قومه فَأَدْمَوْهُ، وهو يمَسحُ الدَم عن وجهِهِ، يقول: اللهم اغفر لِقَوْمِي؛ فإنهم لا يعلمون
Dari Abu Abdurraḥmān Abdullah bin Mas’ūd -raḍiyallāhu ‘anhu-, ia berkata, “Seakan-akan aku sedang melihat Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- bercerita tentang seorang Nabi yang dipukul oleh kaumnya hingga ia terluka dan berdarah, kemudian ia mengusap darah tersebut dari wajahnya sambil berdoa, Ya Allah ampunilah kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui (kebenaran).” (Muttafaqun ‘alaihi).
Subhanallah, itulah puncak keluhuran akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang penuh rahmat, begitu lembut dan sabar. Rasulullah bahkan tidak sekedar mendoakan kebaikan untuk mereka akan tetapi ia juga memberikan uzur untuk mereka disebabkan rasa kasihan atas mereka yang tidak mengetahui hakikat kebenaran yang sesungguhnya.
Tak hanya itu, karena adanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, orang-orang kafir tidak disegerakan azabnya, seperti umat terdahulu. Sebagaimana umat Nabi Nuh diterjang banjir, umat Nabi Luth dihujani batu. Ada yang dibinasakan dengan suara sangat keras, seperti yang dialami kaum Tsamud. Ada yang ditelan bumi, diubah wajahnya menjadi babi dan kera, atau ditenggelamkan di laut, seperti yang dialami kaumnya Nabi Musa ‘alaihis salam.
Ibnu Abbas mengatakan
هو عام في حق من آمن ومن لم يؤمن فمن آمن فهو رحمة له في الدنيا والآخرة، ومن لم يؤمن فهو رحمة له في الدنيا بتأخير العذاب عنهم ورفع المسخ والخسف والاستئصال عنهم
“Rahmat ini berlaku umum, mencakup orang yang beriman dan tidak beriman. Bagi orang beriman, beliau adalah rahmat bagi mereka di dunia dan akhirat. Sementara bagi mereka yang tidak beriman, beliau adalah rahmat bagi mereka di dunia dengan Allah akhirkan adzab untuk mereka. dicabutnya hukuman yang bentuknya al-maskh (pengubahan wajah), al-Khasaf (ditenggelamkan), atau hukuman dalam bentuk pembinasaan secara keseluruhan.” (Tafsir al-Baghawi, 5/359).
Hal senada juga disampaikan Ibnu Hajar Al-Haitami,
ففي إرساله صلى الله عليه وسلم رحمة حتى على أعدائه من حيث عدم معاجلتهم بالعقوبة
Pengutusan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan rahmat, sampaipun bagi para musuh beliau, dimana hukuman untuk mereka ditunda. (Fatawa al-Haditsiyah, hlm. 35).
Semoga kaum Muslimin bisa meneladani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga layak mendapatkan syafaatnya dan berkumpul bersamanya di surga kelak.