Pondok Pesantren Salman Al-Farisi menggelar cukur massal bagi para santri. Kegiatan ini dilaksanakan secara mandiri; para santri saling mencukur rambut satu sama lain secara bergantian.
“Berdasar keputusan majelis murabbi, seluruh santri sebelum camping dan liburan harus cukur pendek rambutnya biar rapih. Yang dicukur santri dan yang mencukur santri, dari santri untuk santri,” kata Ustadz Hizbullah selaku kepala Idarah Santri Putra Ponpes Salman Al-Farisi, Rabu (6/10/2021).
Sementara itu, Ustadz Nur Fajriansyah, Kepala Bagian Pendidikan Ponpes Salman Al-Farisi, mengungkapkan ada nilai agama yang dari mencukur rambut.
“Rambut itu berpotensi menimbulkan kesombongan, makanya zaman sekarang banyak model/gaya rambut yang bermacam-macam,” tutur Ustadz Fajriansyah.
Ustadz Fajriansyah juga mengutip perkataan Syaikh Shalih Al-Utsaimin yang menganjurkan agar mencukur rambut.
فإذا كانت العادة في زمن من الأزمان أنّ إطالة الشعر لا يقوم بها إلا فئة نازلة في عرف الناس لم ينبغِ للمسلم صاحب المروءة أن يتشبّه بهم بإطالة شعره
Jika kebiasaan di suatu zaman, bahwa memanjangkan rambut hanya dilakukan sekelompok orang yang buruk perilakunya di tengah masyarakat, maka tidak sepantasnya bagi seorang Muslim yang menjaga muruah meniru mereka memanjangkan rambut.
Selain itu, mencukur rambut juga menghindari hal melalaikan dengan berlama-lama menyisir rambut yang panjang.
Dalam buku “Umar Bin Abdul Aziz 29 Bulan Mengubah Dunia” yang ditulis Herfi Ghulam Faizi, Lc. disebutkan bahwa dahulu Khalifah Umar bin Abdul Aziz pernah dicukur rambutnya saat “nyantri” karena rambut panjangnya membuatnya sibuk menyisir dan lalai, sehingga telat shalat berjamaah.
Ya’kub meriwayatkan dari bapaknya yang menceritakan bahwa Abdul Aziz mengirim puteranya, Umar, ke Madinah untuk menimba ilmu. Ia menulis surat kepada Shalih bin Kisan untuk mendidiknya. Umar pun berpindah guru kepada Ubaidillah bin Abdillah untuk menimba ilmu darinya.
Namun Shalih bin Kisan tetap memantau perkembangannya, terlebih urusan shalatnya. Suatu hari ia terlambat shalat berjamaah. “Apa yang membuatmu sampai terlambat shalat berjamah?” tanya Shalih bin Kisan pada Umar. “Aku sibuk merapikan rambutku.” jawabnya. “Sedemikian besarnyakah kesukaanmu dalam menyisir rambut, sampai itu berpengaruh pada shalatmu?!” Kemudian Shalih bin Kisan menulis surat kepada Abdul Aziz, yang ketika itu menjabat sebagai gubernur di Mesir, menjelaskan perihal sisir rambut yang terjadi pada anaknya. Lalu Abdul Aziz mengutus seorang utusan untuk datang ke Madinah, dan memintanya untuk mencukur rambut anaknya.
Demikian berpengaruhnya rambut bagi adab dan akhlak seseorang, semoga bisa mengambil ibrah dari nilai-nilai tarbiyah dalam mencukur rambut.