Syaikh Shafiyurrahman Al-Muabarakfuri dalam kitabnya Ar-Rahiqul Makhtum, menyebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam perjalanan hijrahnya, tiba di Quba pada hari Senin 8 Rabiul Awal tahun ke 14 nubuwah atau tahun pertama hijrah, bertepatan dengan tanggal 23 September 622 M.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam melakukan terobosan yang amat mulia dan dikenang sepanjang masa, yakni mendirikan Masjid Quba. Itulah masjid pertama yang dibangun umat Islam. Masjid yang memiliki pondasi takwa dan diabadikan di dalam Al-Qur’an sebagaimana firman Allah Ta’ala,
لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَىٰ مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَنْ تَقُومَ فِيهِ
“… Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya…” (QS. At-Taubah: 108)
Al-Imam Ibnu Katsir menjelaskan ayat di atas,
والسياق إنما هو في معرض مسجد قباء؛ ولهذا جاءفي الحديث الصحيح أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: “صلاة في مسجد قُباء كعُمرة”. وفي الصحيح: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يزورُ مسجد قُباء راكبًا وماشيًا وفي الحديث: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم لما بناه وأسسه أول قدومه ونزوله على بني عمرو بن عوف، كان جبريل هو الذي عَيَّن له جِهَة القبلة فالله أعلم.
Konteks ayat ini ditujukan kepada Masjid Quba. Karena itulah dalam hadis sahih dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda;
“صَلَاةٌ فِي مَسْجِدِ قُباء كعُمرة“.
“Melakukan salat di dalam masjid Quba sama pahalanya dengan melakukan umrah.” (HR. At-Tirmidzi).
Di dalam hadis sahih lainnya disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sering mengunjungi Masjid Quba, baik dengan berjalan kaki ataupun berkendaraan. Dalam hadis lainnya lagi disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membangun dan meletakkan batu pertamanya begitu beliau tiba di tempatnya, dan tempat beristirahatnya adalah di rumah Bani Amr ibnu Auf. Malaikat Jibrillah yang membantunya untuk meluruskan arah kiblat masjid tersebut. (Tafsir Ibnu Katsir, IV/213).
Untuk diketahui, selama 13 tahun kaum Muslimin tidak memiliki markas yang tetap dan terbuka guna menunaikan shalat. Sebab, kadang-kadang mereka shalat di Ka’bah, sementara di sekeliling Baitullah terdapat 360 berhala dan semua syiar-syiar kemusyrikan dilakukan di sekitarnya.
Masjid Quba sebagaimana disebutkan oleh Allah merupakan masjid yang pertama kali didirikan di atas landasan takwa. Para perintisnya adalah generasi mukmin yang pertama mengumandangkan tauhid. Shalat di Masjid Quba saat itu merupakan titik peralihan dalam sejarah Islam, antara periode tribulasi dan penderitaan serta periode tamayyuz (pemisahan). Saat itulah kaum Muslimin bisa dengan tenang menjalankan ibadah tanpa gangguan kemusyrikan dan kaum Musyrikin.
Menarik, apa yang disampaikan oleh Syaikh Munir Al-Ghadban tentang kebijakan Rasulullah mendirikan masjid Quba.
ولعل الهدف الأول للحركة الإسلامية اليوم حين تقيم دولة الإسلام أن تعود إلى المساجد روح التوحيد الخالص البعيدة عن مظاهرة الطاغوت والتسبيح بحمده، دون خوف أو وجل
“Barangkali sasaran pertama bagi gerakan Islam sekarang dalam upaya menegakkan daulah Islam adalah kembalinya ke masjid semangat tauhid yang murni, jauh dari gangguan thaghut, bertasbih dan memuji kepada-Nya tanpa rasa takut dan cemas.” (Manhaj Haraki, I/201).
Selanjutnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berada di Quba selama empat hari; Senin, Selasa, Rabu dan Kamis. Setelah ia mendirikan masjid Quba dan shalat di dalamnya, pada hari kelima, yakni hari Jum’at beliau berangkat bersama Abu Bakar menuju Yatsrib. Tiba di Yatsrib, beliau disambut dengan antusias dengan berbagai sanjungan dan pujian. Hingga sejak saat itu Yatsrib dinamakan dengan Madinatur Rasul atau Madinah. Itulah hari yang benar-benar bersejarah lagi indah.
Tak berselang lama, lagi-lagi yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam adalah mendirikan Masjid Nabawi. Jika Masjid Quba adalah pondasi takwa, maka Masjid Nabawi menjadi sentral pemerintahan sekaligus pendidikan dan sosial. Di masjid itu, Rasulullah bukan hanya beribadah, tetapi menggelar rapat kenegaraan, mengatur strategi perang, menyelenggarakan halaqah keilmuan, hingga menyantuni para fuqara ahlus shuffah.
Demikian langkah-langkah strategis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam berjuang di jalan Allah. Seolah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam ingin mengingatkan umatnya bahwa “Dari Masjid Kita Bangkit”. Semoga kaum Muslimin bisa memetik hikmah dan meneladaninya agar segera terwujud izzul islam wal muslimin.