Sudah menjadi sunatullah, musuh-musuh Islam tak rela umat Islam hidup nyaman melaksanakan ajaran agamanya secara kaffah.
Karena kedengkian mereka itulah, tak henti-hentinya berbagai makar dilakukan untuk memalingkan Kaum Muslimin dari agamanya.
وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا
“…Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup.” (QS. Al-Baqarah: 217)
Salah satu upaya musuh Islam adalah menghembuskan stigma bahwa penggunaan Bahasa Arab merupakan ciri radikalisme mengarah ke terorisme. Dengan konotasi negatif tersebut mereka ingin agar Kaum Muslimin meninggalkan Bahasa Arab.
Musuh Islam tahu betul, untuk melemahkan umat Islam dari agamanya dilemahkan dulu Bahasa Arabnya. Apabila kaum Muslimin tak lagi menguasai Bahasa Arab, tentu dengan sendirinya pengetahuan agamanya memudar, karena kesulitan memahami ayat-ayat kitab sucinya. Sehingga lambat laun umat Islam akan semakin jauh dari agamanya. Gerakan anti Arab seperti membenci Bahasa Arab merupakan bagian dari Arabophobia yang beriringan dengan Islamophobia.
Di jantung Timur Tengah sendiri, Bahasa Arab sudah mulai dirusak. Bahasa ‘ammiyah (bahasa pasaran) lebih dominan digunakan di tengah masyarakat ketimbang Bahasa Arab Fushah (bahasa baku). Padahal, Al-Qur’an menggunakan bahasa fushah, demikian pula hadits dan tulisan di kitab-kitab para ulama. Bila orang Arab sendiri tidak menggunakan bahasa fushah, otomatis mereka juga tidak paham Al-Qur’an dan tentu tidak mengerti ajaran agama Islam. Di sisi lain, dengan rusaknya bahasa maka akan hilang nilai dan karakter dari bahasa itu sendiri.
Oleh sebab itu, Kaum Muslimin jangan melemah lantaran stigma negatif celaan orang-orang Islamophobia. Syaikh Nashir As-Sa’di dalam tafsirnya menjelaskan,
{ وَلا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لائِمٍ }
بل يقدمون رضا ربهم والخوف من لومه على لوم المخلوقين
“Mereka tidak takut terhadap celaan orang-orang yang mencela” (QS. Al-Maidah: 54), bahkan mereka lebih mengutamakan keridhaan Rabb mereka dari sekedar takut terhadap celaan-celaan makhluk-Nya…” (Taisir Karimir Rahman, hal. 260).
Selanjutnya, kaum Muslimin harus mepelajari dan membiasakan komunikasi dan berbangga dengan Bahasa Arab. Karena Bahasa Arab merupakan bagian dari syiar Islam, sebagaimana disampaikan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah,
وإنما الطريق الحسن اعتياد الخطاب بالعربية ، حتى يتلقنها الصغار في المكاتب وفي الدور فيظهر شعار الإسلام وأهله
“Merupakan metode yang baik adalah membiasakan berkomunikasi dengan bahasa Arab, hingga anak kecil sekalipun dilatih berbahasa Arab di sekolah dan di rumah, hingga nampaklah syiar Islam dan kaum muslimin.” (Iqtidha Shiratil Mustaqim, hal. 526).
Semoga Setiap huruf, kata dan kalimat yang terucap dengan Bahasa Arab dengan niat menjaga syiar Islam, terhitung pahala di sisi Allah Ta’ala.