Pondok Pesantren Salman Al-Farisi menggelar dauroh kemerdekaan bagi para santri, saat libur HUT RI ke-76.
Ustadz Zahrudin Fanani S.Th.I M.P.I, selaku Kepala Kepengasuhan Pondok Pesantren Islam Al-Mukmin (PPIM) Ngruki didaulat sebagai pemateri dengan tema “Meluruskan Sejarah Perjuangan Umat Islam Indonesia”.
Dalam pengantar kajian, Ustadz Zahrudin mengutip Firman Allah Ta’ala,
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ ۚ وَجَاءَكَ فِي هَٰذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ
Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. (QS. Hud: 120).
Berdasarkan dalil di atas, Ustadz Zahrudin mengingatkan kaum Muslimin, khususnya para santri agar mempelajari sejarah. Terutama sejarah umat Islam yang telah berkontribusi besar dalam kemerdekaan Indonesia.
“Sejarah bangsa kita ini dihidupi oleh tintanya para ulama dan darah para syuhada,” kata Ustadz Zahrudin Fanani di masjid Darul Anshar, Ponpes Islam Salman Al-Farisi, Karangpandan, Selasa (17/8/2021).
Lebih lanjut, Ustadz Zahrudin mengemukakan para penulis dan pengajar sejarah yang berideologi liberal dan sekuler, telah melakukan penyesatan sejarah. Sehingga, dengan keji umat Islam diopinikan dengan stigma anti NKRI. Padahal, para founding fathers Indonesia adalah para tokoh Islam. Rumusan Pancasila yang awalnya adalah Piagam Jakarta, dihasilkan oleh Panitia 9 BPUPKI, di mana tujuh orang di antara mereka menyematkan gelar haji di depan namanya.
Maka, dalam rangka merayakan dan mengisi kemerdekaan, para santri jangan melupakan sejarah negeri ini. Setelah mempelajari sejarah yang benar, maka wajib mendakwahkan ke tengah masyarakat.
“Sikap kita dalam merayakan kemerdekaan, ketahui sejarah yang benar dan dakwahkan kepada masyarakat,” imbuhnya.
Selain itu, Ustadz Zahrudin juga berpesan agar para santri mempelajari sejarah lembaga pendidikan tempat mereka menimba ilmu. Tujuannya, agar visi, misi dan khittah pesantren, tertanam dalam diri para santri.
“Agar teguh ketika sudah tidak ada di lembaga/pondok kalian atau ketika kalian sudah tiada,” tutupnya.