Allah ta’ala berfirman:
وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ۚ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.”” (Fushilat: 34)
Dimanapun kelembutan itu berada, ia akan menghiasi tempat itu. Demikian pula bila dicabut dari suatu tempat, ia akan mengotorinya. Kelembutan tutur kata, senyuman tulus, dan sapaan-sapaan hangat merupakan hiasan-hiasan yang selalu dikenakan oleh orang-orang mulia.
Inilah sebagian sifat-sifat mukmin yang menjadikannya seperti lebah; makan dari makanan yang baik dan menghasilkan madu yang baik. Bila ia hinggap pada setangkai bunga, tidak pernah merusaknya. Semua itu merupakan Allah menganugerahkan pada kelembutan sesuatu yang tidak Dia berikan pada kekerasan.
Mencari banyak teman shalih merupakan tuntutan dalam hidup yang selalu dicontohkan oleh orang-orang mulia. Mereka adalah orang-orang yang selalu berada ditengah-tengah kerumunan manusia dengan senyum yang merekah. Keramahan mereka menentramkan hati dan menyejukkan.
Allah berfirman:
“Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik.”
Begitulah, mereka orang-orang yang dapat memupus rasa dengki dengan emosi yang terkendali, kesabaran yang menyejukkan dan kemudahan memafkan yang menentramkan. Mereka adalah orang-orang yang mudah melupakan kejahatan saudaranya dan mengingat kebaikan orang lain.
Karena itu tatkala kata-kata kotor terlontar untuk mereka, telinganya tidak mereka merah dibuatnya. Bahkan hanya dianggap angin berlalu yang tak pernah kembali lagi. Mereka tetap bermasyarakat, tetapi tidak pernah merusaknya. Seperti lebah yang hinggap di bebungaan dan tidak pernah merusak bunga itu.