Allah ta’ala berfirman:
وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا
“Dan manusia dijadikan bersifat lemah.” (An-Nisa: 28)
Beberapa ulama menafsirkan ayat ini dengan kelehaman laki-laki dihadapan wanita. Seperti penjelasan Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah dengan perkataanya:
“Seorang wanita melewati seorang laki-laki. Si laki-laki tidak bisa menahan diri untuk tidak melihatnya, meskipun tahu ia tidak bisa menikmatinya. Adakah sesuatu yang lebih lemah dari makhluk ini?”
Bahkan Imam Waqi mengatakan, “Laki-laki akan kehilangan akalnya jika berhadapan dengan wanita.”
Sebab itu, Imam Thowus rahimahullah menganggap satu-satunya tafsir yang benar mengenai ayat ini adalah tentang kelemahan laki-laki pada wanita.
Bentuk kelemahan seseorang yang paling tampak seperti dikatakan oleh Ats-Tsauri yaitu; lemah dalam menjaga pandangan. Maka orang yang mampu mengontrol pandangannya adalah orang yang kuat, orang pemberani.
Seperti dalam hadits Nabi Shalallahu alaihi wassalam:
“Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang mukmin yang lemah.” (Muslim)
Allah ta’ala telah menjanjikan keutamaan yang agung bagi orang yang kuat. Yaitu mampu menjaga pendangannya. Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah rahimahullah menjelaskan, orang yang bisa menjaga pandangannya pasti akan Allah memberinya ganti yang sejenis dan lebih baik.